Sabtu, 22 November 2008

telur

Pendahuluan

Manusia untuk hidup perlu makanan yang seimbang antara kandungan energi dan zat-zat yang diperlukan tubuh. Makanan yang seimbang akan menyehatkan, walau pun begitu manusia sebenarnya setiap saat tidak lepas dari ancaman penyakit. Ada sejumlah penyakit menular asal hewan yang umum terjadi dimasyarakat seperti tuberkulosis, disamping penyakit tetanus dan rabies. Wabah rabies terakhir di Indonesia terjadi di Ambon. Sejak Agustus 2003 telah terjadi gigitan 500 hewan diduga rabies ke manusia dan menyebabkan 10 korban meninggal (Kompas, 2003).
Makanan yang dikonsumsi sehari-hari yang rendah kandungan bahan tertentu bisa menimbulkan penyakit atau membuat tubuh menjadi rentan terhadap penyakit. Masyarakat Indonesia menurut Yudohusodo (2003) mengkonsumsi hanya satu butir telur dalam seminggu, padahal telur merupakan sumber protein dan lemak yang dapat diandalkan. Suatu riset yang dilakukan di negara maju yang ingin melihat kenapa konsumsi telur di negara AS yang industri ayamnya telah maju menemukan bahwa minat terhadap telur menurun karena memasak telur itu merepotkan, anak-anak dan kaum muda tidak peduli telur, dan telur dipandang sebagai makanan kelas dua (Baker, 1996).
Rendahnya konsumsi telur di Indonesia ini merupakan suatu tantangan untuk meningkatkan industri telur dan meningkatkan jumlah telur yang dikonsumsi masyarakat, karena jika dibandingkan dengan negara tetangga kita Malaysia mereka kini mengkonsumsi enam butir telur per orang seminggu (Yudohusodo, 2003). Guna meningkatkan produksi telur, perlu diupayakan peningkatan konsumsi telur masyarakat. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menambahkan sesuatu ke dalam telur, seperti membuat telur yang dihasilkan oleh ayam mengandung zat kebal terhadap penyakit tertentu. Hal ini mungkin dilakukan karena telur kini diketahui mengandung zat kebal yang diturunkan dari induk ke telur yang dihasilkan, dan zat kebal ini akan memberikan kekebalan kepada mereka yang mengkonsumsi telur itu (Nakai et al., 1994). Dengan melakukan promosi dan memberikan penjelasan yang terus menerus kepada masyarakat niscaya konsumsi dan produksi telur nasional bisa meningkat.

Penyakit Menular di Indonesia

Beberapa penyakit berbahaya dan merupakan masalah yang serius adalah tuberkulosis, tetanus, demam typhoid dan diare yang diakibatkan oleh bakteri Escherichia coli. Hal ini terjadi akibat masih kurangnya kesadaran tentang sanitasi lingkungan dan gaya hidup sehat. Usaha pencegahan terhadap penyakit-penyakit tersebut sudah dilakukan oleh pemerintah yaitu melalui kegiatan imunisasi terhadap balita, anak usia sekolah maupun pada orang dewasa. Namun demikian kasus yang terjadi masih cukup tinggi.
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan batuk berdahak, sesak napas, lesu, napsu makan buruk serta sering diiringi dengan penurunan berat badan. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculose yang terutama menyerang paru-paru. Penyakit tuberkulosis awalnya diketahui sering menyerang orang-orang yang tinggal di wilayah kumuh dengan tingkat sanitasi buruk disertai kualitas nutrisi rendah, namun pada saat ini kejadian penyakit tuberkulosis justru mulai nampak di negara maju seperti Amerika Serikat, hal ini dicurigai terjadi akibat telah hilangnya kekebalan alami dan meningkatnya kasus AIDS (Acquired imunodeficiency syndrome). Pengobatan penyakit tuberkulosis berjalan lama bahkan sampai satu tahun lebih yang harus dilakukan secara teratur. Usaha pencegahan umumnya dilakukan dengan cara imunisasi pada bayi yang baru lahir.
Tetanus merupakan penyakit yang diakibatkan oleh adanya spora dari bakteri Clostrdium tetani yang mencemari luka pada bagian tubuh yang kurang mendapat penangan yang benar. Selain itu sering terjadi pula pada saat pemotongan tali pusar bayi yang baru lahir. Penyakit ini menyerang jaringan saraf sehingga menimbulkan gejala saraf yaitu; histeria, kejang-kejang, fotofobia, dan dapat diikuti dengan kematian dalam waktu yang cepat. Pengobatan bagi penderita adalah dengan memberikan suntikan serum antitetanus yang diperoleh dari kuda. Sedangkan .tindakan pencegahan yang dilakukan umumnya dengan imunisasi pada anak-anak, calon ibu ataupun orang dewasa. Imunisasi ulangan umumnya dilakukan setelah lima (http://tetanus/Kidhealth.org)
Demam tifoid (typhoid fever) atau lebih dikenal dengan penyakit tifus merupakan penyakit saluran cerna yang sering menyerang terutama anak-anak, meskipun orang dewasa dan orang tua juga dapat terserang. Di Indonesia umumnya demam tifoid banyak terjadi pada musim penghujan terutama di daerah dengan tingkat sanitasi rendah dan daerah langganan banjir. Penyebab penyakit tersebut adalah bakteri Salmonella typhi dan Salmonella typhimurium. Penularan umumnya melalui makanan ataupun minuman yang tercemar oleh agen penyakit tersebut, penanganan yang kurang higenis ataupun dari sumber air yang digunakan untuk mencuci. Gejala yang timbul adalah mual, muntah, demam tinggi berfluktuasi, nyeri kepala hebat, nyeri perut yang diawali dengan sembelit dan kadang diikuti dengan diare yang bercampur darah. Pengobatan umumnya dilakukan bila pemeriksaan laboratorium memberikan hasil yang positip serta perlu adanya pemeriksaan laboratorium untuk menentukan jenis antibiotik yang paling tepat. Pencegahan dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas sanitasi, air, produk makanan asal hewan seperti daging, susu segar ataupun produk makanan yang lain, sedangkan tindakan pencegahan dengan imunisasi tidak memberikan hasil yang baik sehingga sementara ini tidak dianjurkan (http://Salmonellosis/Kidhealth.org)

Telur Sumber Bahan Zat Kebal

Telur bisa dikonsumsi oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa tanpa memandang agamanya, karena tidak satupun yang melarang umatnya untuk memakan telur. Memakan telur merupakan tindakan yang tidak menyakiti, dengan demikian mengkonsumsi telur kemungkinan besar tidak akan melanggar prinsip animal welfare.
Telur disamping harganya relatif murah jika dibandingkan dengan makanan berprotein hewani lainnya, telur mengandung protein cukup tinggi. Selain itu telur mudah disajikan dan dicerna. Rasanya yang lezat membuat telur di Indonesia digemari sebagian besar orang, mulai dari anak-anak sampai dewasa (Sarwono, 1997). Telur merupakan makanan yang paling aman dari cemaran kuman yang bisa membahayakan manusia, karena telur telah dilindungi oleh cangkangnya yang kuat. Adanya cangkang ini membuat telur mudah disimpan dalam suhu kamar, sebelum pemrosesan lebih lanjut. Disamping itu jumlah imunoglobulin yolk (IgY) atau zat kebal yang bisa dipanen dari kuning telur bisa mencapai setengah liter pada telur-telur ayam yang diproduksi selama satu bulan. Jumlah ini sepuluh kali lipat lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah yang dihasilkan dalam darah (Nakai et al., 1994). Besarnya kandungan zat kebal dalam telur ini, membuat telur dapat diandalkan sebagai pelindung manusia dari serbuan penyakit yang menyengsarakan atau mematikan.


Imunoglobulin Kuning Telur (IgY) Sebagai Bahan Imunoterapi

Teknologi pemurnian imunoglobulin-Y unggas hingga kini belum dimanfaatkan untuk tujuan terapi atau pencegahan, khususnya untuk pemberian kekebalan secara pasif. Para peneliti masih menggunakan imunoglobulin dari mamalia seperti kelinci, mencit putih, tikus, guinea pig dan hewan mamalia besar seperti kuda, kambing, domba, dan sapi. Prosedur produksi antibodi pada hewan tersebut menyebabkan hewan itu mengalami cekaman (stress). Cekaman terjadi saat (1) melakukan imunisasi pada hewan dan (2) pengambilan darah untuk memanen antibodi. Berkenaan dengan animal welfare dan juga efisiensi biaya, penggunaan antibodi dalam telur lebih bisa diterima dibandingkan dengan penggunakan hewan percobaan mamalia (Svendsen et al., 1995).
Penggunaan telur untuk imunoterapi sangat mungkin dilakukan karena antibodi di dalam darah induk ayam dapat ditransfer ke dalam telur dalam jumlah yang cukup banyak. Schade et al., (1996) Melaporkan bahwa vaksinasi pada ayam menghasilkan konsentrasi antibodi spesifik yang sama antara serum dan kuning telur. Konsentrasi Ig Y pada kuning telur kandungannya konstan sampai oosit matang (maturasi), dengan kandungan 10 sampai 20 mg/ml (Carlander, 2002). Biaya produksi imunoglobulin pada telur unggas sangat murah (Warr and Higgins, 1993; Makvandi and Fiuzi, 2002) Pemanfaatan Ig Y yang diisolasi dari telur unggas untuk pengobatan dan pencegahan masih sedikit dan terbatas pada skala laboratorium. Kermani-Arab et al., (2001) melaporkan bahwa Ig Y spesifik terhadap penyakit Marek pada ayam yang sengaja diberikan secara pasif mampu menahan infeksi virus Marek. Efek yang sama terhadap berbagai penyakit misalnya kolibasilosis (Makoto et al., 1998), influenza (Bogoyavlensky et al., 1999), salmonelosis (Yokohama et al., 1998), toxoplasmosis gondii (Hassl et al., 1987) telah dilaporkan. Ig Y juga digunakan untuk melacak adanya antigen permukaan pada penderita hepatitis B ( Makvandi and Fiuzi, 2002)
Telur merupakan sumber Ig Y yang sangat penting disamping itu Ig Y unggas lebih tahan terhadap suhu dan perubahan pH dibandingkan dengan Ig G, serta tidak menyebabkan reaksi silang dengan komponen struktural jaringan mamalia dan sel darah merah mamalia (Larsson et al., 1993). Hal ini memberikan indikasi bahwa penggunaan Ig Y dalam diagnostik immunologi akan menghasilkan reaksi yang lebih spesifik. Hassl et al., (1987) melaporkan bahwa spesifisitas antibodi serum Ig Y ayam yang diimunisasi dengan antigen Toxoplasma gondii lebih tinggi dibandingkan dengan serum antibodi Ig G kelinci yang diimunisasi dengan antigen yang sama. Lebih lanjut, antibodi spesifik (Ig Y) yang ada dalam darah induk ayam, dapat ditransfer secara baik ke dalam telur. Kandungan titer Ig Y dalam darah dan dalam telur tidak nyata berbeda (Larsson et al., 1993). Sehingga telur dapat digunakan sebagai sumber protein hewani dan sebagai pabrik untuk memproduksi antibodi ( van Regenmortel, 1993; Lach, et al., 1986).

Langkah-langkah Memproduksi IgY

Adanya imunoglobulin Y di dalam telur memberikan prospek yang sangat berarti, dalam pemberian kekebalan pasif pada kasus penyakit yang berbahaya (Polson et al., 1980). Prinsip pengebalan adalah pasif, artinya transfer kekebalan terhadap beberapa penyakit dapat dilakukan dengan mengkonsumsi telur yang “dibuat telah mengandung zat kebal” dan dipreparasi secara khusus. Imunoglobulin Y unggas mengenal lebih banyak epitop protein mamalia dibandingkan dengan imunoglobulin kelinci, sehingga cocok untuk percobaan imunologi untuk protein mamalia (Schade et al., 1996). IgY unggas juga dapat diproduksi apabila antigen yang kita gunakan dalam jumlah sedikit atau memerlukan pengawetan tinggi seperti hormon. Tahapan dalam memproduksi Ig Y adalah : ayam divaksinasi melalui otot dada menggunakan antigen sebanyak 50 ml. Antigen itu dicampur dengan Freund adjuvant (zat pelarut antigen) sama banyak. Ayam divaksinasi dengan volume emulsi antigen sebanyak 1 ml/ekor. Vaksinasi diulang dua sampai tiga kali dengan interval waktu dua minggu, selanjutnya ayam divaksinasi setiap satu bulan. Ayam yang digunakan adalah ayam betina yang siap bertelur (Carlander, D. 2001).

Tidak ada komentar: