Sabtu, 01 Oktober 2011

malem minggu

owhhh senangnya < <, , ,

Jumat, 14 Januari 2011

MAAFKAN AKU .. MENJADI SALAH SATU PIRATE DI NEGERI INI

maafkan pada semua pihak yang merasa dirugikan

MAAFKAN AKU...

faktor-faktor bumil tidak senam bumil

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tolak ukur keberhasilan dan kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara diukur dengan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu angka kematian ibu akibat langsung dari proses reproduksi, sedangkan angka kematian bayi (AKB) yaitu angka kematian bayi sampai umur 1 tahun. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia Angka Kematian Ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa per tahun (Manuaba, 1998). AKI di Indonesia pada tahun 2003 sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB 35 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2005).
AKI di Bandar Lampung tahun 2004 sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 55 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Prop. Lampung, 2005). AKI di Kota Metro pada tahun 2004 sekitar 1 per 2.914 kelahiran hidup dan AKB 37 per 2.914 kelahiran hidup (Dinkes Kota Metro, 2005). Banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yaitu dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Senam hamil adalah salah satu upaya promotif dan preventif untuk mengurangi AKI dan AKB.

Persalinan adalah saat yang monumental bagi seorang wanita (Weddingku.com, Maret 2006). Perasaan takut dan cemas dalam menghadapi persalinan biasanya terjadi pada wanita hamil dan menimbulkan ketegangan-ketegangan fisik dan psikis (Primadi, 1980).
Perubahan-perubahan pada ibu hamil yang pertama berupa perubahan fisik yaitu berupa pembesaran perut yang menyebabkan rasa pegal pada pinggang, varises, kram pada kaki, dan perubahan kedua adalah perubahan psikis yaitu berupa ketegangan yang menyebabkan rasa cemas (Primadi, 1980). Senam hamil menurut Viscera (1995) merupakan salah satu kegiatan dalam pelayanan selama kehamilan (prenatal care). Senam hamil akan memberikan suatu hasil produk kehamilan (out come) persalinan yang lebih baik dibandingkan pada ibu-ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil (Pintunet.com, Maret, 2006).
Senam hamil berfungsi untuk mengendurkan ketegangan-ketegangan, mengurangi pegal-pegal, mengelastiskan perineum dan dapat melakukan pernafasan secara teratur dalam menghadapi persalinan, secara psikologis juga berdampak positif untuk mengurangi rasa panik dan akhirnya proses persalinan dapat berjalan secara lancar (Weddingku.com, Maret 2006).
Senam hamil juga terbukti dapat membantu dalam perubahan metabolisme tubuh selama kehamilan, keuntungannya tingginya konsumsi oksigen untuk tubuh, aliran darah jantung, strok volume dan curah jantung. Selain itu dapat mengakibatkan perubahan peran jantung selama kehamilan yang berguna untuk membantu fungsi jantung sehingga para ibu hamil akan merasa lebih sehat dan tidak merasa sesak nafas serta membuat tubuh segar dan bugar. Pada wanita-wanita hamil yang melakukan senam hamil secara teratur dilaporkan memberi keuntungan persalinannya (Kala II) menjadi lebih pendek dan mengurangi terjadinya gawat janin pada waktu persalinan (Plintunet.com, Maret 2006). Sehingga dapat disimpulkan tujuan utama senam hamil adalah untuk meningkatkan stamina dan kondisi tubuh (Weddingku.com, Maret 2006).
Berdasarkan hasil pra survei dari bulan Januari-Maret 2006 di BPS CH Sudilah, dari 69 persalinan didapatkan 41 persalinan atau 60% yang mengalami ruptur perineum. Ibu hamil yang usia kehamilannya > 22 minggu yang melakukan ANC dari 160 ibu hamil didapatkan 120 atau 75% ibu hamil yang mengeluh pegal-pegal dan cepat lelah selama kehamilan. Hal ini terjadi karena banyak ibu-ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil yang salah satu manfaatnya adalah untuk mengelastiskan perenium dan mengurangi pegal-pegal.
Berdasarkan hasil dari pra survei yang dilakukan pada bulan April tahun 2006 dari 20 ibu hamil yang usia kehamilannya di atas 22 minggu yang melakukan ANC didapatkan 3 orang yang sudah tahu tentang senam hamil baik manfaat, tujuan dan gerakan-gerakan senam hamil tapi tidak melakukan senam hamil dan 17 orang yang tidak tahu tentang senam hamil dan tidak melakukan senam hamil.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Ibu Hamil tidak Melakukan Senam Hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini “Apakah faktor-faktor Penyebab Ibu Hamil tidak Melakukan Senam Hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan senam hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro.

2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh gambaran faktor pengetahuan ibu hamil tentang tidak dilakukannya senam hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro.
b. Diperoleh gambaran faktor pendidikan ibu hamil tentang tidak dilakukannya senam hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro.

D. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Ibu hamil dengan usia kehamilan > 22 minggu yang tidak melakukan senam hamil.
3. Objek penelitian : Faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan senam hamil.
4. Lokasi penelitian : di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro.
5. Waktu Penelitian : dilakukan dari tanggal 04 - 13 Mei 2006

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi BPS CH. Sudilah
Sebagai bahan evaluasi bagi BPS CH. Sudilah dalam rangka meningkatkan pelayanan antenatal care kepada ibu hamil khususnya senam hamil.

2. Bagi Peneliti yang lain
Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang senam hamil.

faktor faktor rendahnya cakupan k4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwaya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sebagian besar akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa menjadi fakta. Maka untuk bisa efektif dalam meningkatkan keselamatan ibu dan bayi baru lahir, asuhan antenatal harus lebih difokuskan pada intervensi yang telah terbukti bermanfaat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2003).
Menurut data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2004-2005, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Di Propinsi Lampung cenderung terjadi peningkatan AKI. Pada tahun 2003 AKI di Propinsi Lampung sebesar 53 per 100.000 kelahiran hidup dan meningkat menjadi 88 per 100.000 pada tahun 2004 dan 2005. AKI di Kota Metro tahun 2005 adalah 72 per 100.000 kelahiran hidup (DinKes Kota Metro, 2006).
Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, toxemia gravidarum, partus macet (persalinan kasep), abortus dan ruptur uteri (Depkes RI, 1992). Gambaran tersebut menunjukkan bahwa penyebab-penyebab langsung kematian ibu sebagian besar dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan yaitu dengan pelaksanaan asuhan kebidanan atau biasa dikenal Ante Natal Care (ANC) (Depkes RI, 1993).
Hal ini menjadi tanggung jawab bersama serta memerlukan adanya upaya aktif dan pasif dalam meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil minimal 4 kali ke pelayanan kesehatan, terutama untuk ibu hamil yang sulit mengakses pelayanan kesehatan, sehingga secara dini dapat ditangani (DinKes Propinsi Lampung, 2005).
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke-empat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat :
1. Minimal satu kali kontak pada triwulan I
2. Minimal satu kali kontak pada triwulan II
3. Minimal dua kali kontak pada triwulan III
(Depkes RI, 2004).
Pemeriksaan kehamilan pada trimester ketiga (>28 minggu) sangat penting. Karena pada trimester III dilakukan palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda, kelainan letak, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit (Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003).
Data prasurvei yang didapat penulis di Dinas Kesehatan Kota Metro mengenai cakupan K4 tahun 2006 adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Data Cakupan K4 Kota Metro Tahun 2006

No Puskesmas Sasaran Realisasi %
1. Metro 502 481 95,8
2. Yosomulyo 587 581 99
3. Banjar Sari 500 445 89
4. Iringmulyo 694 618 89
5. Ganjar Agung 473 438 92,6
6. Sumber Sari Bantul 288 206 71,5
Jumlah 3044 2769 91
Sumber:Laporan Evaluasi Program Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kota Metro 2007
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa cakupan K4 yang tertinggi dicapai oleh Puskesmas Metro yaitu sebanyak 481 orang dari 502 ibu hamil atau 95,8% dan cakupan K4 yang terendah ialah Puskesmas Sumber Sari Bantul yaitu sebanyak 206 orang dari 288 ibu hamil atau 71,5%. Sehingga terdapat kesenjangan 18,5 % dari target K4 90 % tahun 2006
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil yang ke-empat (K4) di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Sari Bantul tahun 2006”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka diperoleh rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : “Apa yang menjadi faktor-faktor rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil yang ke-empat (K4) di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Sari Bantul?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Dekskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Sari Bantul
3. Obyek Penelitian : Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil tidak melakukan kunjungan K4
4. Lokasi Penelitian : Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Sari Bantul
5. Waktu Penelitian : Bulan Maret – Juli 2007
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil yang ke-empat (K4) di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Sari Bantul.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Sumber Sari Bantul
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan dan pemanfaatan ANC.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai informasi, perbandingan, serta referensi bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi Institusi Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.

faktor-faktor pemanfaatan bidan desa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (AKI), dan angka harapan hidup merupakan indikator yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Diantara negara – negara ASEAN dan Jepang pada tahun 1999, Kamboja merupakan negara dengan AKB tertinggi yaitu 104 per 1000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Indonesia merupakan peringkat ke 4 yaitu 46 per 1000 KH (Depkes RI, 2000). Menurut laporan UNICEF pada periode 1990 – 1998 Indonesia, Bangladesh dan India merupakan negara – negara dengan AKI yang cukup tinggi, yaitu masing – masing 450, 450 dan 410 per 100.000 KH (Depkes RI, 2000). Menurut Saifuddin (2002) sampai dengan saat ini angka kematian Maternal dan Neonatal di Indonesia adalah 334 per 100.000 KH dan 21,8 per 1.000 KH, sedangkan AKB tahun 2000 menurut Depkes RI (2002) sebesar 44 per 1.000 KH.
Tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan yang berlangsung normal, 30,7 % persalinan disertai dengan komplikasi, dimana bila tidak ditangani dengan cepat dan baik dapat meningkatkan kematian ibu (Depkes RI, 2000). Yang menjadi penyebab kematian ibu di negara berkembang yang berhubungan dengan kehamilan adalah : 1) perdarahan 40 – 60 %, 2), Toksemia Gravidarum 20 – 30 % dan 3) Infeksi 20 – 30 % (Hartanto, 2002).

Menurut Hartanto (2002) problem – problem di negara berkembang adalah :
1. Sebagian besar ibu – ibu melahirkan dirumah.
2. Kurang dari 50 % kelahiran ditolong oleh petugas kesehatan yang terlatih.
3. Sejumlah substansial kematian ibu terjadi pada tingkat masyarakat.
4. Fasilitas kesehatan di daerah pedesaan terisolasi karena kurangnya infrastruktur dan komunikasi.
5. Keterbatasan jumlah dokter dan penyebaran yang tidak merata dari sumber – sumber kesehatan terutama di daerah pedesaan.
Kejadian tingginya angka kematian dan orientasi masyarakat menuju pertolongan dukun disebabkan 2 hal penting yaitu kemiskinan dan kurangnya pengetahuan khususnya dalam bidang reproduksi wanita (Manuaba, 1998). Dominannya pertolongan pada dukun beranak terutama didaerah pedesaan sekitar 65 – 75 % (Manuaba, 1998). Hal inilah yang menyebabkan tingginya AKI dan AKB di negara – negara yang sedang berkembang.
Pada tahun 1990 WHO meluncurkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS) oleh badan – badan Internasional seperti UNFPA, UNICEF, dan World Bank. Pada dasarnya MPS meminta perhatian pemerintah dan masyarakat disetiap negara untuk :
a. Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan Nasional dan Internasional.
b. Menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
c. Mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah disusun.
d. Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, keluarga berencana, aborsi legal, baik publik maupun swasta.
e. Meingkatkan upaya kesehatan promotif dalam kesehatan maternal dan neonatal serta pengembalian fertilitas pada tingkat keluarga dan lingkungannya.
f. Memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan neonatal (Saifuddin, 2001)
Didalam rencana strategi nasional MPS di Indonesia 2001 – 2010 disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah “kehamilan dan persalinan di Indoneisa berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat” (Saifuddin, 2002). Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000 KH dan angka kematian neonatal menjadi 16 per 1000 KH (Saifuddin, 2002). Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat (Saifuddin, 2002).
Sembilan puluh persen kematian ibu terjadi di saat sekitar persalinan dan kira – kira 95 % penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan agar : 1) setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan dan 2) pelayanan obstetri sedekat mungkin kepada semua ibu hamil. Salah satu upaya terobosan yang cukup mencolok untuk mencapai keadaan tersebut adalah pendidikan sejumlah 54.120 bidan yang ditempatkan di desa selama 1989/1990 sampai 1996/1997 (Saifuddin, 2001).
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2002, jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 1999 adalah 116.317 (69,14%), sedangkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak tahun 2003 sampai dengan bulan Desember 2003 adalah seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pertolongan Persalinan Dari Bulan Januari – Desember 2003
No. Bulan Pertolongan Persalinan
Nakes Bidan Desa Dukun
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12. Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember 2
1
1
2
0
3
5
1
5
6
7
3 18
32
22
27
24
29
17
26
13
15
15
11 9
10
8
10
3
16
11
6
28
10
20
21
Jumlah 36 249 152
Persentase 7,14 % 49,40 % 30,16 %
Sumber : PWS KIA Puskesmas Putih Doh

Berdasarkan pra survei yang penulis lakukan, wilayah kerja puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak terdiri dari 18 desa dengan jumlah penduduk ± 20.245 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas Putih Doh masih termasuk daerah terpencil, jauh dari pusat kota dan tempat rujukan. Tingkat ekonomi masyarakat masih menengah kebawah dimana sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani. Tingkat daya beli tehadap produk jasa pelayanan bidan masih rendah. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui gambaran mengenai determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di latar belakang penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Apa yang menjadi determinan terhadap pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak?“.

C. Ruang Lingkup
Pada penelitian ini penulis ingin melihat gambaran mengenai determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan. Metode yang digunakan adalah Deskriptif, yaitu dengan menjelaskan determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan. Subjek penelitian adalah ibu –ibu yang baru bersalin di bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak yang bersalin dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2003, dan yang menjadi objek penelitian adalah determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan dengan variabel penelitian tingkat pendidikan, tingkat ekonomi (pendapatan) dan jarak ke tempat bidan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2003 sampai dengan bulan Maret 2004.


D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran mengenai determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Diketahuinya peranan faktor pendidikan terhadap pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.
b. Diketahuinya peranan faktor ekonomi terhadap pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.
c. Diketahuinya peranan faktor jarak ke tempat bidan terhadap Pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Puskesmas/bidan desa di Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak.
Sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas/bidan desa agar dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan cakupan persalinan oleh bidan desa.

2. Manfaat bagi penulis
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah, serta mengamalkan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan
3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan.
Sebagai sumber bacaan perpustakaan di institusi pendidikan

4. Manfaat bagi peneliti selanjutnya.
Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang sejenis selanjutnya.

gambaran wus papsmear

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasangan Usia Subur (PUS) perlu untuk mendapatkan perawatan kesehatan baik dari keluarganya maupun dari bidan atau dokter. Adanya penyulit reproduksi yang sering dialami oleh PUS sebenarnya bisa di cegah dengan melakukan pencegahan melalui tindakan deteksi dini. Upaya pencegahan ini diharapkan dapat menekan angka kesakitan akibat penyakit kelainan reproduksi dan mencegah kegawat daruratan/komplikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (Dinkes Metro, 2007).
Kanker serviks disinyalir menjadi pembunuh nomor 1 bagi wanita, dan urutan terbesar dari jumlah penderita penyakit kanker. Saat ini di seluruh dunia terdapat 270.000 penderita kanker serviks baru dan 140.000 diantaranya meninggal dunia tiap tahunnya (Wijaya, 2008).
Dalam 40 tahun terakhir, kejadian dan kematian ibu akibat kanker serviks menurun hingga 70 %, karena kematian terjadi pada sebagian besar penderita yang datang berobat sudah dalam stadium lanjut. Salah satu cara untuk menemukan kanker serviks dalam stadium dini adalah dengan pap smear (Soepardiman, 2000).
Pap smear adalah cara pemeriksaan secara mikroskopik pada jaringan serviks untuk mendeteksi secara dini ada atau tidaknya jaringan sel-sel kanker sebelum akhirnya berkembang menjadi kanker serviks yang serius, yaitu dengan memasukan alat kecil yang disebut speculum kedalam vagina dan mengambil contoh sel-sel dari saluran leher rahim. Pemeriksaan ini sangat sederhana, tidak menimbulkan rasa sakit serta hanya memakan waktu lebih kurang 10 menit. (Tharsyah, 2001).
Dampak dari tidak melakukan pemeriksaan pap smear adalah tidak terdeteksinya gejala awal dari kanker serviks (Evennet, 2004). Sebagaimana kanker umumnya maka kanker serviks akan menimbulkan masalah berupa kesakitan (morbiditas) penderitaan, kematian, finansial / ekonomi maupun lingkungan bahkan pemerintah (Farid, 2001). Diagnosa kanker serviks masih sering terlambat dibuat dan penanganannya ternyata tidak memberi hasil yang baik (Harahap, 1984). Keterlambatan diagnosa berakibat lebih dari separuh penderita kanker serviks berada dalam stadium lanjut yang memerlukan fasilitas khusus untuk pengobatan seperti peralatan radioterapi yang hanya tersedia di beberapa kota besar saja. Disamping mahal, pengobatan terhadap kanker stadium lanjut memberikan hasil yang tidak memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun yang rendah (Sjamsuddin, 2001).
Kanker serviks uteri merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah kesehatan kaum wanita terutama di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia (Tambunan, 1995). Departemen Kesehatan RI memperkirakan insiden kanker serviks 100 per 100.000 penduduk per tahun. Data yang dikumpulkan (1988 – 1994) dari 13 laboratorium patologi anatomi di Indonesia menunjukkan bahwa frekuensi kanker servik tertinggi diantara kanker yang ada di Indonesia, maupun di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo (Aziz, 2001). Masalah kanker servik di Indonesia semakin di perburuk lagi dengan banyaknya yaitu lebih dari 70% kasus kanker yang sudah berada pada stadium lanjut ketika datang ke rumah sakit (Nuranna, 2001).
Di ruang kebidanan dan penyakit kandungan RSUD Jend. A. Yani Metro insiden kanker serviks pada bulan Januari – Desember 2007 adalah kanker terbanyak diantara kanker ginekologi lainnya yaitu sebanyak 7 kasus dengan 2 orang meninggal dunia. (RSUD A. Yani Metro, 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Metro terhadap 8 puskesmas di Kota Metro yang telah melakukan pemeriksaan pap smear masal pada tahun 2007, didapatkan data, jumlah peserta yang melakukan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Iringmulyo adalah terendah diantara puskesmas lainnya yaitu sebanyak 10 wanita PUS atau 0,007% dari jumlah sasaran 1438 wanita PUS.
Pada dasarnya kanker serviks ini menimpa wanita karena wanita itu sendiri tidak pernah melakukan pemeriksaan sejak dini. Apa lagi bagi mereka yang memiliki resiko tinggi untuk terkena penyakit ini (Tharisyah, 2001). Hal ini disebabkan karena kurangnya pengertian akan bahaya kanker, karena pendidikan yang kurang atau kurangnya penerangan mengenai kanker umumnya, kanker leher rahim khususnya. Tidak jarang pula penderita tidak dapat pergi ke dokter karena persoalan biaya, sehingga keterlambatan diagnosa kanker serviks sering terjadi (Harahap, 1998).
Penyebab masalah lain dalam deteksi dini adalah rasa takut kalau pap smear akan menyatakan bahwa mereka menderita kanker sehingga mereka lebih memilih untuk menghindarinya. Perasaan malu, khawatir atau cemas untuk menjalani pap smear karena adanya pikiran tentang ada orang lain selain pasangan yang memasukkan sesuatu ke dalam dirinya, selain itu serangan dari pasangan yang beranggapan bahwa telah melakukan persetubuhan dengan siapa saja, sehingga mempengaruhi wanita tidak melakukan pap smear (Evennett, 2004).
Berdasarkan urian diatas, penulis tertaik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor penyebab wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimanakah Gambaran Faktor-faktor Penyebab Wanita PUS Tidak Melakukan Pemeriksaan Papsmear di Puskesmas Iringmulyo tahun 2008?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif.
2. Subjek penelitian : Wanita PUS yang berkunjung ke Puskesmas Iringmulyo.
3. Objek Penelitian : Faktor-faktor penyebab wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear.
4. Variabel Penelitian : Faktor-faktor yang dilihat meliputi; pengetahuan, pendidikan, ekonomi, psikologi dan dukungan suami.
5. Lokasi Penelitian : Wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo Metro Timur.
6. Waktu Penelitian : Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2008.


D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui Gambaran faktor-faktor penyebab wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui gambaran wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo berdasarkan pengetahuan.
b. Untuk mengetahui gambaran wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo berdasarkan pendidikan..
c. Untuk mengetahui gambaran wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo berdasarkan ekonomi.
d. Untuk mengetahui gambaran wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo berdasarkan psikologi.
e. Untuk mengetahui gambaran wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo berdasarkan dukungan suami.


E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan memperoleh beberapa manfaat, yaitu:
1. Bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas Iringmulyo
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya PUS tentang pap smear.
2. Bagi Institusi Pendidikan Prodi Kebidanan Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan untuk mahasiswa di Poltekes Tanjung Karang Program Studi Kebidanan Metro.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut.