Jumat, 14 Januari 2011

MAAFKAN AKU .. MENJADI SALAH SATU PIRATE DI NEGERI INI

maafkan pada semua pihak yang merasa dirugikan

MAAFKAN AKU...

faktor-faktor bumil tidak senam bumil

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tolak ukur keberhasilan dan kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara diukur dengan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu angka kematian ibu akibat langsung dari proses reproduksi, sedangkan angka kematian bayi (AKB) yaitu angka kematian bayi sampai umur 1 tahun. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia Angka Kematian Ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa per tahun (Manuaba, 1998). AKI di Indonesia pada tahun 2003 sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB 35 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2005).
AKI di Bandar Lampung tahun 2004 sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 55 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Prop. Lampung, 2005). AKI di Kota Metro pada tahun 2004 sekitar 1 per 2.914 kelahiran hidup dan AKB 37 per 2.914 kelahiran hidup (Dinkes Kota Metro, 2005). Banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yaitu dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Senam hamil adalah salah satu upaya promotif dan preventif untuk mengurangi AKI dan AKB.

Persalinan adalah saat yang monumental bagi seorang wanita (Weddingku.com, Maret 2006). Perasaan takut dan cemas dalam menghadapi persalinan biasanya terjadi pada wanita hamil dan menimbulkan ketegangan-ketegangan fisik dan psikis (Primadi, 1980).
Perubahan-perubahan pada ibu hamil yang pertama berupa perubahan fisik yaitu berupa pembesaran perut yang menyebabkan rasa pegal pada pinggang, varises, kram pada kaki, dan perubahan kedua adalah perubahan psikis yaitu berupa ketegangan yang menyebabkan rasa cemas (Primadi, 1980). Senam hamil menurut Viscera (1995) merupakan salah satu kegiatan dalam pelayanan selama kehamilan (prenatal care). Senam hamil akan memberikan suatu hasil produk kehamilan (out come) persalinan yang lebih baik dibandingkan pada ibu-ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil (Pintunet.com, Maret, 2006).
Senam hamil berfungsi untuk mengendurkan ketegangan-ketegangan, mengurangi pegal-pegal, mengelastiskan perineum dan dapat melakukan pernafasan secara teratur dalam menghadapi persalinan, secara psikologis juga berdampak positif untuk mengurangi rasa panik dan akhirnya proses persalinan dapat berjalan secara lancar (Weddingku.com, Maret 2006).
Senam hamil juga terbukti dapat membantu dalam perubahan metabolisme tubuh selama kehamilan, keuntungannya tingginya konsumsi oksigen untuk tubuh, aliran darah jantung, strok volume dan curah jantung. Selain itu dapat mengakibatkan perubahan peran jantung selama kehamilan yang berguna untuk membantu fungsi jantung sehingga para ibu hamil akan merasa lebih sehat dan tidak merasa sesak nafas serta membuat tubuh segar dan bugar. Pada wanita-wanita hamil yang melakukan senam hamil secara teratur dilaporkan memberi keuntungan persalinannya (Kala II) menjadi lebih pendek dan mengurangi terjadinya gawat janin pada waktu persalinan (Plintunet.com, Maret 2006). Sehingga dapat disimpulkan tujuan utama senam hamil adalah untuk meningkatkan stamina dan kondisi tubuh (Weddingku.com, Maret 2006).
Berdasarkan hasil pra survei dari bulan Januari-Maret 2006 di BPS CH Sudilah, dari 69 persalinan didapatkan 41 persalinan atau 60% yang mengalami ruptur perineum. Ibu hamil yang usia kehamilannya > 22 minggu yang melakukan ANC dari 160 ibu hamil didapatkan 120 atau 75% ibu hamil yang mengeluh pegal-pegal dan cepat lelah selama kehamilan. Hal ini terjadi karena banyak ibu-ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil yang salah satu manfaatnya adalah untuk mengelastiskan perenium dan mengurangi pegal-pegal.
Berdasarkan hasil dari pra survei yang dilakukan pada bulan April tahun 2006 dari 20 ibu hamil yang usia kehamilannya di atas 22 minggu yang melakukan ANC didapatkan 3 orang yang sudah tahu tentang senam hamil baik manfaat, tujuan dan gerakan-gerakan senam hamil tapi tidak melakukan senam hamil dan 17 orang yang tidak tahu tentang senam hamil dan tidak melakukan senam hamil.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Ibu Hamil tidak Melakukan Senam Hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini “Apakah faktor-faktor Penyebab Ibu Hamil tidak Melakukan Senam Hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan senam hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro.

2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh gambaran faktor pengetahuan ibu hamil tentang tidak dilakukannya senam hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro.
b. Diperoleh gambaran faktor pendidikan ibu hamil tentang tidak dilakukannya senam hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro.

D. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Subjek penelitian : Ibu hamil dengan usia kehamilan > 22 minggu yang tidak melakukan senam hamil.
3. Objek penelitian : Faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan senam hamil.
4. Lokasi penelitian : di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro.
5. Waktu Penelitian : dilakukan dari tanggal 04 - 13 Mei 2006

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi BPS CH. Sudilah
Sebagai bahan evaluasi bagi BPS CH. Sudilah dalam rangka meningkatkan pelayanan antenatal care kepada ibu hamil khususnya senam hamil.

2. Bagi Peneliti yang lain
Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang senam hamil.

faktor faktor rendahnya cakupan k4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwaya. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sebagian besar akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa menjadi fakta. Maka untuk bisa efektif dalam meningkatkan keselamatan ibu dan bayi baru lahir, asuhan antenatal harus lebih difokuskan pada intervensi yang telah terbukti bermanfaat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2003).
Menurut data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2004-2005, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Di Propinsi Lampung cenderung terjadi peningkatan AKI. Pada tahun 2003 AKI di Propinsi Lampung sebesar 53 per 100.000 kelahiran hidup dan meningkat menjadi 88 per 100.000 pada tahun 2004 dan 2005. AKI di Kota Metro tahun 2005 adalah 72 per 100.000 kelahiran hidup (DinKes Kota Metro, 2006).
Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, toxemia gravidarum, partus macet (persalinan kasep), abortus dan ruptur uteri (Depkes RI, 1992). Gambaran tersebut menunjukkan bahwa penyebab-penyebab langsung kematian ibu sebagian besar dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan yaitu dengan pelaksanaan asuhan kebidanan atau biasa dikenal Ante Natal Care (ANC) (Depkes RI, 1993).
Hal ini menjadi tanggung jawab bersama serta memerlukan adanya upaya aktif dan pasif dalam meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil minimal 4 kali ke pelayanan kesehatan, terutama untuk ibu hamil yang sulit mengakses pelayanan kesehatan, sehingga secara dini dapat ditangani (DinKes Propinsi Lampung, 2005).
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke-empat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat :
1. Minimal satu kali kontak pada triwulan I
2. Minimal satu kali kontak pada triwulan II
3. Minimal dua kali kontak pada triwulan III
(Depkes RI, 2004).
Pemeriksaan kehamilan pada trimester ketiga (>28 minggu) sangat penting. Karena pada trimester III dilakukan palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda, kelainan letak, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit (Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003).
Data prasurvei yang didapat penulis di Dinas Kesehatan Kota Metro mengenai cakupan K4 tahun 2006 adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Data Cakupan K4 Kota Metro Tahun 2006

No Puskesmas Sasaran Realisasi %
1. Metro 502 481 95,8
2. Yosomulyo 587 581 99
3. Banjar Sari 500 445 89
4. Iringmulyo 694 618 89
5. Ganjar Agung 473 438 92,6
6. Sumber Sari Bantul 288 206 71,5
Jumlah 3044 2769 91
Sumber:Laporan Evaluasi Program Seksi Kesga Dinas Kesehatan Kota Metro 2007
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa cakupan K4 yang tertinggi dicapai oleh Puskesmas Metro yaitu sebanyak 481 orang dari 502 ibu hamil atau 95,8% dan cakupan K4 yang terendah ialah Puskesmas Sumber Sari Bantul yaitu sebanyak 206 orang dari 288 ibu hamil atau 71,5%. Sehingga terdapat kesenjangan 18,5 % dari target K4 90 % tahun 2006
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil yang ke-empat (K4) di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Sari Bantul tahun 2006”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka diperoleh rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : “Apa yang menjadi faktor-faktor rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil yang ke-empat (K4) di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Sari Bantul?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Dekskriptif
2. Subjek Penelitian : Ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Sari Bantul
3. Obyek Penelitian : Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil tidak melakukan kunjungan K4
4. Lokasi Penelitian : Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Sari Bantul
5. Waktu Penelitian : Bulan Maret – Juli 2007
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil yang ke-empat (K4) di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Sari Bantul.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Sumber Sari Bantul
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan dan pemanfaatan ANC.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai informasi, perbandingan, serta referensi bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi Institusi Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.

faktor-faktor pemanfaatan bidan desa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (AKI), dan angka harapan hidup merupakan indikator yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Diantara negara – negara ASEAN dan Jepang pada tahun 1999, Kamboja merupakan negara dengan AKB tertinggi yaitu 104 per 1000 kelahiran hidup (KH), sedangkan Indonesia merupakan peringkat ke 4 yaitu 46 per 1000 KH (Depkes RI, 2000). Menurut laporan UNICEF pada periode 1990 – 1998 Indonesia, Bangladesh dan India merupakan negara – negara dengan AKI yang cukup tinggi, yaitu masing – masing 450, 450 dan 410 per 100.000 KH (Depkes RI, 2000). Menurut Saifuddin (2002) sampai dengan saat ini angka kematian Maternal dan Neonatal di Indonesia adalah 334 per 100.000 KH dan 21,8 per 1.000 KH, sedangkan AKB tahun 2000 menurut Depkes RI (2002) sebesar 44 per 1.000 KH.
Tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan yang berlangsung normal, 30,7 % persalinan disertai dengan komplikasi, dimana bila tidak ditangani dengan cepat dan baik dapat meningkatkan kematian ibu (Depkes RI, 2000). Yang menjadi penyebab kematian ibu di negara berkembang yang berhubungan dengan kehamilan adalah : 1) perdarahan 40 – 60 %, 2), Toksemia Gravidarum 20 – 30 % dan 3) Infeksi 20 – 30 % (Hartanto, 2002).

Menurut Hartanto (2002) problem – problem di negara berkembang adalah :
1. Sebagian besar ibu – ibu melahirkan dirumah.
2. Kurang dari 50 % kelahiran ditolong oleh petugas kesehatan yang terlatih.
3. Sejumlah substansial kematian ibu terjadi pada tingkat masyarakat.
4. Fasilitas kesehatan di daerah pedesaan terisolasi karena kurangnya infrastruktur dan komunikasi.
5. Keterbatasan jumlah dokter dan penyebaran yang tidak merata dari sumber – sumber kesehatan terutama di daerah pedesaan.
Kejadian tingginya angka kematian dan orientasi masyarakat menuju pertolongan dukun disebabkan 2 hal penting yaitu kemiskinan dan kurangnya pengetahuan khususnya dalam bidang reproduksi wanita (Manuaba, 1998). Dominannya pertolongan pada dukun beranak terutama didaerah pedesaan sekitar 65 – 75 % (Manuaba, 1998). Hal inilah yang menyebabkan tingginya AKI dan AKB di negara – negara yang sedang berkembang.
Pada tahun 1990 WHO meluncurkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS) oleh badan – badan Internasional seperti UNFPA, UNICEF, dan World Bank. Pada dasarnya MPS meminta perhatian pemerintah dan masyarakat disetiap negara untuk :
a. Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan Nasional dan Internasional.
b. Menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
c. Mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah disusun.
d. Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, keluarga berencana, aborsi legal, baik publik maupun swasta.
e. Meingkatkan upaya kesehatan promotif dalam kesehatan maternal dan neonatal serta pengembalian fertilitas pada tingkat keluarga dan lingkungannya.
f. Memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan neonatal (Saifuddin, 2001)
Didalam rencana strategi nasional MPS di Indonesia 2001 – 2010 disebutkan bahwa dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah “kehamilan dan persalinan di Indoneisa berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat” (Saifuddin, 2002). Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000 KH dan angka kematian neonatal menjadi 16 per 1000 KH (Saifuddin, 2002). Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat (Saifuddin, 2002).
Sembilan puluh persen kematian ibu terjadi di saat sekitar persalinan dan kira – kira 95 % penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan agar : 1) setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan dan 2) pelayanan obstetri sedekat mungkin kepada semua ibu hamil. Salah satu upaya terobosan yang cukup mencolok untuk mencapai keadaan tersebut adalah pendidikan sejumlah 54.120 bidan yang ditempatkan di desa selama 1989/1990 sampai 1996/1997 (Saifuddin, 2001).
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2002, jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 1999 adalah 116.317 (69,14%), sedangkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak tahun 2003 sampai dengan bulan Desember 2003 adalah seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pertolongan Persalinan Dari Bulan Januari – Desember 2003
No. Bulan Pertolongan Persalinan
Nakes Bidan Desa Dukun
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12. Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember 2
1
1
2
0
3
5
1
5
6
7
3 18
32
22
27
24
29
17
26
13
15
15
11 9
10
8
10
3
16
11
6
28
10
20
21
Jumlah 36 249 152
Persentase 7,14 % 49,40 % 30,16 %
Sumber : PWS KIA Puskesmas Putih Doh

Berdasarkan pra survei yang penulis lakukan, wilayah kerja puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak terdiri dari 18 desa dengan jumlah penduduk ± 20.245 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas Putih Doh masih termasuk daerah terpencil, jauh dari pusat kota dan tempat rujukan. Tingkat ekonomi masyarakat masih menengah kebawah dimana sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani. Tingkat daya beli tehadap produk jasa pelayanan bidan masih rendah. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui gambaran mengenai determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di latar belakang penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Apa yang menjadi determinan terhadap pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak?“.

C. Ruang Lingkup
Pada penelitian ini penulis ingin melihat gambaran mengenai determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan. Metode yang digunakan adalah Deskriptif, yaitu dengan menjelaskan determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan. Subjek penelitian adalah ibu –ibu yang baru bersalin di bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak yang bersalin dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2003, dan yang menjadi objek penelitian adalah determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan dengan variabel penelitian tingkat pendidikan, tingkat ekonomi (pendapatan) dan jarak ke tempat bidan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2003 sampai dengan bulan Maret 2004.


D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran mengenai determinan pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Diketahuinya peranan faktor pendidikan terhadap pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.
b. Diketahuinya peranan faktor ekonomi terhadap pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.
c. Diketahuinya peranan faktor jarak ke tempat bidan terhadap Pemanfaatan tenaga bidan desa dalam pertolongan persalinan.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Puskesmas/bidan desa di Puskesmas Putih Doh Kecamatan Cukuh Balak.
Sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas/bidan desa agar dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan cakupan persalinan oleh bidan desa.

2. Manfaat bagi penulis
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah, serta mengamalkan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan
3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan.
Sebagai sumber bacaan perpustakaan di institusi pendidikan

4. Manfaat bagi peneliti selanjutnya.
Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang sejenis selanjutnya.

gambaran wus papsmear

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasangan Usia Subur (PUS) perlu untuk mendapatkan perawatan kesehatan baik dari keluarganya maupun dari bidan atau dokter. Adanya penyulit reproduksi yang sering dialami oleh PUS sebenarnya bisa di cegah dengan melakukan pencegahan melalui tindakan deteksi dini. Upaya pencegahan ini diharapkan dapat menekan angka kesakitan akibat penyakit kelainan reproduksi dan mencegah kegawat daruratan/komplikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (Dinkes Metro, 2007).
Kanker serviks disinyalir menjadi pembunuh nomor 1 bagi wanita, dan urutan terbesar dari jumlah penderita penyakit kanker. Saat ini di seluruh dunia terdapat 270.000 penderita kanker serviks baru dan 140.000 diantaranya meninggal dunia tiap tahunnya (Wijaya, 2008).
Dalam 40 tahun terakhir, kejadian dan kematian ibu akibat kanker serviks menurun hingga 70 %, karena kematian terjadi pada sebagian besar penderita yang datang berobat sudah dalam stadium lanjut. Salah satu cara untuk menemukan kanker serviks dalam stadium dini adalah dengan pap smear (Soepardiman, 2000).
Pap smear adalah cara pemeriksaan secara mikroskopik pada jaringan serviks untuk mendeteksi secara dini ada atau tidaknya jaringan sel-sel kanker sebelum akhirnya berkembang menjadi kanker serviks yang serius, yaitu dengan memasukan alat kecil yang disebut speculum kedalam vagina dan mengambil contoh sel-sel dari saluran leher rahim. Pemeriksaan ini sangat sederhana, tidak menimbulkan rasa sakit serta hanya memakan waktu lebih kurang 10 menit. (Tharsyah, 2001).
Dampak dari tidak melakukan pemeriksaan pap smear adalah tidak terdeteksinya gejala awal dari kanker serviks (Evennet, 2004). Sebagaimana kanker umumnya maka kanker serviks akan menimbulkan masalah berupa kesakitan (morbiditas) penderitaan, kematian, finansial / ekonomi maupun lingkungan bahkan pemerintah (Farid, 2001). Diagnosa kanker serviks masih sering terlambat dibuat dan penanganannya ternyata tidak memberi hasil yang baik (Harahap, 1984). Keterlambatan diagnosa berakibat lebih dari separuh penderita kanker serviks berada dalam stadium lanjut yang memerlukan fasilitas khusus untuk pengobatan seperti peralatan radioterapi yang hanya tersedia di beberapa kota besar saja. Disamping mahal, pengobatan terhadap kanker stadium lanjut memberikan hasil yang tidak memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun yang rendah (Sjamsuddin, 2001).
Kanker serviks uteri merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah kesehatan kaum wanita terutama di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia (Tambunan, 1995). Departemen Kesehatan RI memperkirakan insiden kanker serviks 100 per 100.000 penduduk per tahun. Data yang dikumpulkan (1988 – 1994) dari 13 laboratorium patologi anatomi di Indonesia menunjukkan bahwa frekuensi kanker servik tertinggi diantara kanker yang ada di Indonesia, maupun di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo (Aziz, 2001). Masalah kanker servik di Indonesia semakin di perburuk lagi dengan banyaknya yaitu lebih dari 70% kasus kanker yang sudah berada pada stadium lanjut ketika datang ke rumah sakit (Nuranna, 2001).
Di ruang kebidanan dan penyakit kandungan RSUD Jend. A. Yani Metro insiden kanker serviks pada bulan Januari – Desember 2007 adalah kanker terbanyak diantara kanker ginekologi lainnya yaitu sebanyak 7 kasus dengan 2 orang meninggal dunia. (RSUD A. Yani Metro, 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Metro terhadap 8 puskesmas di Kota Metro yang telah melakukan pemeriksaan pap smear masal pada tahun 2007, didapatkan data, jumlah peserta yang melakukan pemeriksaan pap smear di Puskesmas Iringmulyo adalah terendah diantara puskesmas lainnya yaitu sebanyak 10 wanita PUS atau 0,007% dari jumlah sasaran 1438 wanita PUS.
Pada dasarnya kanker serviks ini menimpa wanita karena wanita itu sendiri tidak pernah melakukan pemeriksaan sejak dini. Apa lagi bagi mereka yang memiliki resiko tinggi untuk terkena penyakit ini (Tharisyah, 2001). Hal ini disebabkan karena kurangnya pengertian akan bahaya kanker, karena pendidikan yang kurang atau kurangnya penerangan mengenai kanker umumnya, kanker leher rahim khususnya. Tidak jarang pula penderita tidak dapat pergi ke dokter karena persoalan biaya, sehingga keterlambatan diagnosa kanker serviks sering terjadi (Harahap, 1998).
Penyebab masalah lain dalam deteksi dini adalah rasa takut kalau pap smear akan menyatakan bahwa mereka menderita kanker sehingga mereka lebih memilih untuk menghindarinya. Perasaan malu, khawatir atau cemas untuk menjalani pap smear karena adanya pikiran tentang ada orang lain selain pasangan yang memasukkan sesuatu ke dalam dirinya, selain itu serangan dari pasangan yang beranggapan bahwa telah melakukan persetubuhan dengan siapa saja, sehingga mempengaruhi wanita tidak melakukan pap smear (Evennett, 2004).
Berdasarkan urian diatas, penulis tertaik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor penyebab wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimanakah Gambaran Faktor-faktor Penyebab Wanita PUS Tidak Melakukan Pemeriksaan Papsmear di Puskesmas Iringmulyo tahun 2008?”

C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif.
2. Subjek penelitian : Wanita PUS yang berkunjung ke Puskesmas Iringmulyo.
3. Objek Penelitian : Faktor-faktor penyebab wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear.
4. Variabel Penelitian : Faktor-faktor yang dilihat meliputi; pengetahuan, pendidikan, ekonomi, psikologi dan dukungan suami.
5. Lokasi Penelitian : Wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo Metro Timur.
6. Waktu Penelitian : Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2008.


D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui Gambaran faktor-faktor penyebab wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui gambaran wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo berdasarkan pengetahuan.
b. Untuk mengetahui gambaran wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo berdasarkan pendidikan..
c. Untuk mengetahui gambaran wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo berdasarkan ekonomi.
d. Untuk mengetahui gambaran wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo berdasarkan psikologi.
e. Untuk mengetahui gambaran wanita PUS tidak melakukan pemeriksaan pap smear di wilayah kerja Puskesmas Iringmulyo berdasarkan dukungan suami.


E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan memperoleh beberapa manfaat, yaitu:
1. Bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas Iringmulyo
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya PUS tentang pap smear.
2. Bagi Institusi Pendidikan Prodi Kebidanan Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan untuk mahasiswa di Poltekes Tanjung Karang Program Studi Kebidanan Metro.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut.

kti tentang vit a

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi yang utama di Indonesia adalah kurang kalori protein (KKP), kekurangan vitamin A yang dapat mengakibatkan xeropthalmia (sakit mata karena kekurangan vitamin A) misalnya rabun senja dan kebutaan. Disamping itu masalah kekurangan vitamin A merupakan masalah terpenting kedua yang perlu diatasi, karena hal ini melanda penderita yang luas jangkauan, terutama anak-anak balita. (Winarno, 1995)
Hasil survei nasional xeropthalmia telah menurun dengan tajam 1,3% pada tahun 1978 menjadi 0,33 pada tahun 1992. Dari prevalensi tersebut masalah kurang vitamin A sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi. Namun demikian di beberapa propinsi masih menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi seperti di Sulawesi Selatan 2,9% maluku 0,8% dan Sulawesi Tenggara 0,6%. (Depkes. RI., 2000)
Masalah kurang vitamin A subklinis dibeberapa propinsi masih cukup memprihatinkan, karena 50% Balita masih mempunyai status vitamin A rendah. Kurang vitamin A akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit yang berpengaruh pada kelangsungan hidup anak. Penanggulangan masalah kurang vitamin A saat ini bukan hanya untuk mencegah kebutaan, tetapi juga dikaitkan dengan upaya memacu pertumbuhan dan kesehatan anak guna menunjang penurunan angka kematian bayi dan berpotensi terhadap peningkatan produktifitas kerja orang dewasa. (Depkes. RI., 2000)
Strategi penanggulangan kurang vitamin A masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, yang diberikan pada bayi (6–11 bulan), balita (1–5 tahun) dan ibu nifas. Berdasarkan laporan tahun 1998/1999, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita masih di bawah 70% (Depkes. RI., 2000).
Situasi tidak tercapainya cakupan program pemberian kapsul vitamin A pada anak balita terjadi di sejumlah puskesmas di Kota Bandar Lampung pada tahun 2003 menunjukkan cakupan program pemberian kapsul vitamin A tidak mencapai terget 80 % (Propil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2003).
Berdasarkan data prasurvey yang dilakukan penulis di salah satu puskesmas di Kota Bandar Lampung yaitu wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah didapat data tentang jumlah anak balita yang mendapat kapsul vitamin A pada tahun 2003 adalah sebagai berikut :
Tabel 1 : Persentasi Cakupan Program Pemberian Kapsul Vitamin A di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah Tahun 2003

No Kelurahan Jumlah
Anak Balita Jumlah yang mendapat Vit A Target (%) Realisasi (%)
1
2
3
4
5
6
7 Sawah Brebes
Tanjung Agung
Sawah lama
Kebon Jeruk
Kedamaian
Campang Raya
Jaga Baya I 942
733
620
712
1141
601
133 627
488
431
483
844
418
97 80
80
80
80
80
80
80 66,5
66,6
69,4
67,6
73,9
69,5
72,3
Jumlah 4882 3388 80 69,4
Sumber Data : Laporan Bulanan Puskesmas Kampung Sawah.

Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa anak balita yang mendapatkan kapsul vitamin A belum optimal di wilayah kerja Puskesmas kampung sawah tahun 2003 sebanyak 3.388 (69,4%) anak balita dari 4.882 jumlah anak balita yang ada, sedangkan di Kelurahan Sawah Brebes yang mendapatkan kapsul vitamin A 627 (66,5%) dari 942 anak balita yang ada, sehingga penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul Vitamin A di Kelurahan Sawah Brebes wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Faktor-faktor apa yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan Sawah Brebes wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah Bandar Lampung ?

C. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Penelitian bersifat deskriptif
2. Subyek Penelitian : Ibu-ibu yang mempunyai anak balita di Kelurahan Sawah Brebes Bandar Lampung
3. Obyek Penelitian : Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan Sawah Brebes wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah Bandar Lampung
4. Lokasi Penelitian : Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah yaitu Kelurahan Sawah Brebes
5. Waktu Penelitian : Tanggal 15 Mei s/d 24 Mei 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan Sawah Brebes Bandar Lampung
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya gambaran faktor informasi yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan Sawah Brebes Bandar Lampung
b. Diketahuinya gambaran faktor petugas yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan Sawah Brebes Bandar Lampung
c. Diketahuinya gambaran faktor pendidikan yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan Sawah Brebes Bandar Lampung
d. Diketahuinya gambaran faktor kebudayaan yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan Sawah Brebes Bandar Lampung
e. Diketahuinya gambaran faktor dukungan keluarga yang mempengaruhi ibu dalam pemberian kapsul vitamin A di Kelurahan Sawah Brebes Bandar Lampung

E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan diperoleh beberapa manfaat, diantaranya yaitu :
1. Bagi Puskesmas
Agar dapat meningkatkan keberhasilan program pemberian kapsul vitamin A di wilayah kerjanya.
2. Bagi ibu Balita
Sebagai masukan pada ibu balita agar lebih mengerti pentingnya vitamin A terhadap anak Balita
3. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dikembangkan dan tidak tertutup kemungkinan untuk diterapkan dan dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya
4. Bagi penulis
Penelitian ini merupakan media berlatih yang sangat baik untuk menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam melakukan penelitian
5. Bagi Institusi pendidikan
Dapat dijadikan bahan masukan dan pengembangan materi.

Rabu, 12 Januari 2011

judul kti menarik dan jarang

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia pada tahun 1996 angka kematian ibu masih cukup tinggi yaitu 425 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 1997). Berdasarkan surat Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup, target yang akan dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup.
Di Propinsi Lampung, cenderung terjadi peningkatan AKI sebesar 143 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 153 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 (Dinas Kes Propinsi Lampung, 2003). Menurut data terakhir di Kabupaten Lampung Tengah 12 orang ibu per 18839 (Dinkes RI Metro, 2004).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia. Dimana penyebab perdarahan abortus, infeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis (Saifuddin, 2002).
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menurunkan Angka Kematian Ibu. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu, dengan diadakannya program Safe Motherhood yang dimulai dari tahun 1997 (Saifuddin, 2002).
Agar persalinan sehat dapat berjalan lancar, diperlukan berbagai persiapan baik sebelum hamil maupun selama kehamilan sehingga ibu dan janin dalam keadaan sehat. Untuk itu sangat diharapkan bidan sebagai tenaga terlatih pada sistem kesehatan nasional salah satunya adalah meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat.
Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya ibu hamil adalah dengan diketahuinya tanda-tanda his palsu, seperti rasa nyeri ringan dibagian bawah, datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan pada sakit / pembawaan tanda durasinya pendek dan tidak bertambah bila beraktifitas (Manuaba, 1998) sehingga ibu mengetahui waktu yang tepat untuk datang ke tenaga kesehatan.
Berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah, didapatkan data jumlah ibu hamil yang memeriksa kehamilan dengan usia kehamilan 28-32 minggu sebanyak 23 orang, dan berdasarkan hasil wawancara kepada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, penulis berasumsi bahwa 23 ibu hamil dengan usia kehamilan 28-32 minggu belum mengerti tentang his palsu. Dari uraian tersebut,maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengetahuan ibu hamil tentang his palsu di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah Penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai His Palsu di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah Tahun 2006?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang his palsu di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pengertian his palsu di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang sifat-sifat his palsu di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda his palsu di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah

D. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut:
1. Metode penelitian : Studi deskriptif
2. Subjek penelitian : Ibu hamil usia kehamilan 28-32 minggu.
3. Objek penelitian : Pengetahuan ibu hamil tentang his palsu.
4. Lokasi penelitian : Di BPS Martha Kota Gajah Lampung Tengah.
5. Waktu penelitian : 13 – 20 Mei 2006

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi ibu hamil Diharapkan dapat lebih aktif mencari informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan kehamilannya baik dari tenaga kesehatan maupun dari media elektronik dan media masa.

2. Bagi Insitusi Pendidikan Bagi Insitusi Pendidikan Poltekes Tanjungkarang Prodi Kebidanan Metro sebagai bahan referensi tentang pengetahuan ibu hamil tentang his palsu dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan dapat menjadi bahan masukkan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya, Khususnya tentang his palsu serta dapat mengkaji lebih dalam hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.

gambaran wus

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Kanker leher rahim merupakan jenis penyakit kanker yang paling banyak diderita wanita diatas usia 18 tahun. Kanker leher rahim ini menduduki urutan nomor dua penyakit kanker didunia bahkan sekitar 500.000 wanita di seluruh dunia di diagnosa menderita kanker leher rahim dan rata-rata 270.000 meninggal tiap tahun (Depkes RI, 2008).
Diperkirakan pada tahun 2010 kanker leher rahim menjadi penyebab utama mortalitas diseluruh dunia dan pada tahun 2030 diperkirakan terjadi kasus kanker baru sebanyak 20 hingga 26 juta jiwa dan 13 hingga 17 juta jiwa meninggal akibat kanker leher rahim. Peningkatan angka kejadian kanker diperkirakan sebesar 1% per tahun. Pada tahun 2008 disampaikan dalam world cancer report bahwa terjadi 12 juta jiwa pasien yang baru didiagnosis kanker leher rahim.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar sepertiga kanker dapat disembuhkan jika didiagnosis dan ditangani pada stadium dini, untuk itu perlunya skrining kanker seperti melakukan papsmear untuk mendeteksi kelainan sel-sel pada leher rahim (Nofa, 2003).
Kini pap smear telah dikenal sebagai suatu pemeriksaan yang aman, murah dan telah dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan sel-sel leher rahim. Semakin dini sel-sel abnormal terdeteksi semakin rendah resiko seseorang menderita kanker leher rahim (Wim De Jong, 2004).
Sekitar 80% kasus kanker leher rahim terjadi pada wanita yang hidup berkembang. Di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk. Kanker leher rahim adalah kematian nomor satu yang sering terjadi pada wanita Indonesia. Setiap wanita tanpa memandang usia dan latar belakang beresiko terkena kanker leher rahim.
Tingginya kasus di negara berkembang ini disebabkan terbatasnya akses screening dan pengobatan. Masih banyak wanita dinegara berkembang, termasuk Indonesia kurang mendapat informasi dan pelayanan terhadap penyakit kanker leher rahim. Ini disebabkan karena tingkat ekonomi rendah dan tingkat pengetahuan wanita yang kurang tentang papsmear (Meutia, 2008).
Kanker leher rahim disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Menurut Bambang (2008) mengatakan kaum lelaki berperan sangat bersar dalam penularan HPV. Laki-laki yang suka berganti-ganti pasangan beresiko besar menularkan virus Papiloma dari pasangannya yang menderita kanker leher rahim ke pasangannya yang baru (Andreas, 2008).
Pada umumnya penderita Ca serviks adalah umur 30-60 tahun tapi sangat rentan terjadi pada wanita usia 35-55 tahun. Saat ini usia remaja juga beresiko terkena kanker leher rahim, ini disebabkan karena remaja mulai berhubungan seksual pada usia dibawah 18 tahun serta sering berganti pasangan, ini akan beresiko tinggi teerkena infeksi virus HPV. Semua wanita yang berusia 18 tahun atau lebih dan telah aktif secara seksual harus melakukan papanicolaou (papsmear). Semakin dini sel-sel abnormal dideteksi semakin rendah resiko wanita menderita kanker leher rahim (Bobak, 2004).
Berdasarkan data rekam medik yang dilakukan oleh penulis, diperoleh jumlah Wanita Usia Subur (WUS) pada bulan Januari sampai Desember 2008 di Kelurahan Aek Muara Pinang 108 orang, yang melakukan pap smear sebanyak 47 orang, sedangkan yang tidak melakukan papsmear 61 orang.
Dari uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan wanita usia subur (WUS) tentang pap semar di Kelurahan Aek Muara Pinang Tahun 2009.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan pada penelitian adalah “Bagaimanakah gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang papsmear di kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga tahun 2009.



C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang pap smear di kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang pap smear berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang paps mear berdasarkan tingkat pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang paps mear berdasarkan pekerjaan.
d. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang paps mear berdasarkan sumber informasi.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Peneliti.
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam penerapan ilmu yang didapat selama masa pendidikan di Akademi Kebidanan Nauli Husada Sibolga khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi wanita khususnya tentang papsmear.
D.2. Bagian Instansi Pendidikan
Menambah bahan bacaan perpustakaan AKBID/AKPER Nuli Husada Sibolga yang dapat dijadikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan panduan bagi mahasiswa/mahasiswi yang akan melanjutkan penelitian.
D.3. Bagi Wanita.
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan wanita dibidang kesehatan reproduksi khususnya tentang manfaat pemeriksaan pap smear.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
A.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
A.2. Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tinkatan, yakni :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk mengingat kembali tahap suatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan. Jadi tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sutau kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh : menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)
d. Analisa (Analysis)
Analisa adalah Kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek didalam struktur organisasi tersebut dam masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan-kemampuan analisis dapat dikaitkan dari penggunaan-penggunaan kata kerja seperti kata kerja seperti menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Shintesis)
Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari suatu objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur.
A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Usia
Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun). Wanita yang sudah menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 18 tahun) mendekati resiko terkena kanker leher rahim (Notoatmodjo, 2003).
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal didalam lembaga pendidikan. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan terhadap motivasi untuk melakukan papsmear, karena semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kesadaran pada orang tersebut dalam menerima informasi. Tingkat pendidikan tinggi akan berbeda cara penilaian seseorang, sehingga timbul keinginan atau motivasi seseorang itu berbeda terhadap kematian akibat penyakit pada organ reproduksinya karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran wanita untuk melakukan pap smear (Notoatmodjo, 2003).
c. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Media informasi untuk komunikasi massa terdiri dari :
- Media cetak atau cetakan, yaitu surat kabar, majalah, buku.
- Media elektronik, yaitu radio, tv, internet.

B. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Papsmear
B.1. Pengertian
Papsmear adalah pemeriksaan yang aman, murah dan telah dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan sel-sel dimulut rahim (Andreas, 2008).
Papsmear adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel leher rahim (Yohanner, 1999)
Kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan dapat diobati pada stadium dini dengan angka kesembuhan 100% dari semua kasus kanker. Umur penderita biasanya 35-55 tahun tetapi dapat terjadi di usia dini yaitu 18 tahun (Bobak, 2004).
Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling menakutkan bagi semua wanita.kanker ini dapat mengakibatkan kematian. Jenis kanker ini paling sering ditemukan diantara penyakit kanker ginekologi (Dhanny, 2008).
Beberapa faktor predisposisi keganasan kanker serviks adalah :
a. Berhubungan seks diusia dini.
b. Gonta-ganti pasangan
c. Merokok
d. Mencuci vagina
e. Kekurangan vitamin
f. Penggunaan estrogen
Alasan utama mengapa kanker leher rahim memiliki mortalitas yang besar adalah karena wanita datang memeriksakan dirinya sudah stadium lanjut. Ini terjadi karena 90% dari kasus kanker leher rahim pada stadium dini tidak memiliki gejala khas sehingga penderita tidak mengetahui adanya kanker di tubuhnya.
Kanker leher rahim ditandai dengan timbulnya sel-sel pada mulut rahim yang tidak lazim (abnormal). Sebelum sel-sel kanker terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut selama bertahun-tahun. Pada stadium awal, kanker ini cenderung tidak terdeteksi dan tidak ada keluhan yang dirasakan. Gejala klinis stadium lanjut ditandai dengan wanita yang sering mengalami perdarahan pada vagina yang tidak normal, keputihan, seperti nanah dan berbau, perdarahan setelah berhubungan sesksual, ini sudah merupakan stadium lanjut (Purnamasari, 2008).
Papsmear dapat dilakukan pada wanita yang sudah mulai aktif berhubungan seks. Test papsmear merupakan pemeriksaan serologi dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong murah. Terbukti tes ini cukup efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan kanker mulut rahim. Test ini dapat dilakukan setelah bersih haid dan tidak melakukan hubungan seksual paling sedikit 24 jam sebelum dilakukan test papsmear (Dhanny, 2008).
B.2. Manfaat Penggunaan Papsmear
Manfaat papsmear adalah untuk mendeteksi secara dini adanya kondisi tidak normal dari sel-sel dinding rahim yang dapat berkembang menjadi sel kanker sehingga dapat dilakukan terapi secepatnya dan diharapkan dapat mengurangi angka kematian akibat kanker leher rahim (evennett, 2003).
B.3. Alat Persiapan Papsmear
a. Spekulum cocor bebek
b. Spatula ayre
c. Cytabrush
d. Kaca objek
e. Alkohol 95% (See, 2007).
B.4. Cara Pengambilan Sediaan Papsmear
1. Tuliskan data klinis pasien yang jelas pada lembar permintaan konsultasi.
2. Pasang spekulum cocor bebek untuk menampilkan serviks.
3. Spatula dengan ujung yang di usap 360° pada permukaan serviks.
4. Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label dengan pensil pada sisi kirinya sepanjang setengah panjang gelas dan geserkan sekali saja agar tidak terjadi kerusakan sel.
5. Spatula ayre yang telah dimotiviasi dengan ujung yang panjang agar bisa mencapai sambungan skuamokolumner atau kapas lidi diusap 360° pada permukaan endoserviks, kemudian digeserkan pada setengah bagian sisinya.
6. Masukkan segera dalam larutan fiksasi, biasanya alkohol 95%, biarkan larutan fiksasi minimal selama 30 menit.
7. Keringkan di udara bila tempat pencernaan jauh dari tempat praktek, masukkan sediaan dalam amplop/pembungkus agar tidak pecah (Ramli, 2000).
B.5. Syarat Utama Pengambilan Cairan Pemeriksaan Papsmear
Syarat utama cairan yang akan diambil adalah tidak boleh bercampur cairan-cairan lainnya yang dapat mengganggu pemeriksaannya, oleh karena itu dapat dirinci sebagai berikut :
1. Cairan yang akan diambil dibagian luar genetalia, biarkan sebagaimana adanya jangan dicuci sekali pun berbau.
2. Cairan senggama jangan dicuci menjelang pengambilan bahannya jangan melakukan hubungan seks sedikitnya 24 jam. Terlihat di sini bahwa pengambilan papsmear tidak menimbulkan rasa sakit tetapi metode ini mempunyai keuntungan yang sangat besar (Manuaba, 1999).
B.6. Indikasi Pemeriksaan Pap Smear
1. Leukorea (keputihan)
Yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Leukorea bukan penyakit, tetapi gejala penyakit sehingga sebab yang pasti belum ditetapkan. Oleh karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina.leukorea sebagai gejala penyakit dari vagina dapat ditentukan melalui berbagai pertanyaan yang mencakup :
- Sejak kapan terjadinya ?
- Apakah disertai rasa gatal ?
- Apakah berbau ?
- Apakah bercampur darah ?
- Apakah sedang hamil ?
- Adakah rasa nyeri di daerah kemaluan ?
Untuk memeriksanya perlu dilakukan pemeriksaan yang mencakup : pemeriksaan umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan terhadap leukorea. Pemeriksaan terhadap leukorea (keputihan) mencakup pewarnaan gram (infeksi jamur), pembiakan (menentukan bakteri penyebab) dan pap semar untuk menentukan adanya sel ganas (Manuaba, 2000).
2. Kelarnya darah sewaktu senggama (kontak berdarah)
Kontak berdarah merupakan keadaan yang abnormal dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan dan menegakkan apa penyebabnya, sehingga dapat dilakukan pengobatan yang tepat. Penyebab kontak berdarah seperti : adanya benda asing dalam liang senggama atau rahim, infeksi leher rahim, permukaan mulkut rahim, tumor jinak sekitar mulut rahim (Poliendometrium, poli mulut rahim, tumor mulut rahim terlahir atau pembuluh darah yang pecah), tumor ganas yaitu keganasan pada liang senggama, mulut rahim, dan saluran telur (Prawirohadjo, 2002).
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : enfeksil pemeriksaan dengan alat-alat “cocor bebek” atau speculum dan pemeriksaan dalam, sednagkan pengobatan lanjut yaitu pengambilan pap smear yaitu mengambil cairan untuk menentukan sel ganas (Mansjoer, 2000).
B.7. Hasil Pemeriksaan Papsmear
Hasil papsmear merupakan hasil yang sesuai diadakan oleh usaha dari pemeriksaan laboratorium sitologi. Hasil papsmear dari pemeriksaan laboratoium Sitologi dengan mendeteksi perubahan kecil pada sel-sel di leher rahim yang mengarah pada keganasan dimana dalam stadium dini pengobatan mudah dilakukan dan perlu untuk sembuh pun lebih besar.
Dalam diagnostik tumor ganas dari tumor ganas dari laboratorium diperoleh hasil papsmear, menurut klasifikasi Papanicolou :
- Kala I : Negatif ditemukan (tidak ditemukan sel-sel ganas)
- Kala II : Ada sel-sel apitik, akan tetapi tidak mencurigakan
- Kala III : Ada sel-sel apitik, dicurigai keganasan.
- Kala IV : Jelas tumor ganas (Sarwono, 2002).
Interpretasi dan dokumentasi dari jawaban Sitologi :
- Negatif : Tidak ditemukan sel ganas, ulangi pemeriksaan Sitologi dengan satu tahun lagi.
- positif : Terdapat sel-sel ganas.
Periode pengamatan mikroskopik harus dilakukan biopsi untuk memastikan diagnosis penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan seorang ahli Onkologi.
- Inkonkulsif : Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik/tidak ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel, ulangi pemeriksaan Sitologi setelah dilakukan pengobatan radang dan sebagainya.
- Displamsia : Terdapat sel-sel diskarotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat ringan sedang, sampai karsinoma, diperlukan konfirmasi dengan kalposkopi atau biopsi. Lakukan penanganan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya.
- HPV : Pada infeksi virus ditemukan sediaan negatif atau displasia kalposkopi dan ulang papsmear (Mansjoer, 1999).















BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen



BAGAN III A
Kerangka Konsep Penelitian


B. Defenisi operasional
B.1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui wanita usia subur (WUS) tentang pap smear dengan kategori :
a. Baik : Apabila skor 76% -100% jawaban benar (16-20, soal benar)
b. Cukup : Apabila skor 56% - 75% jawaban benar (12-15, soal benar)
c. Kurang : Apabila skor <56% jawaban benar (<11, soal benar) (Arikunto, 2002).
Skala ukur
Alat ukur : Ordional
Kuesioner
B.2. Umur adalah usia wanita subur (WUS) saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dengan tahun dengan kategori:
a. 18 – 21
b. 22 – 26
c. 27 – 31
d. 32 – 35
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Interval
B.3. Tingkat pendidikan adalah pendidikan Format terakhir yang pernah diselesaikan wanita usia subur (WUS) dengan kategori:
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Perguruan Tinggi
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
B.4. Sumber informasi adalah media yang digunakan wanita usia subur (WUS) untuk memperoleh informasi tentang Pap Smear dengan kategori:
b. Media massa
c. Tenaga kesehatan
d. Keluarga / masyarakat
e. Media elektronik
Skala : Nominal
Alat ukur : Kuesioner

C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah bersifat deskriptif yaitu untuk memperoleh gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang Pap Smear di kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2009.

D. Lokasi dan waktu Penelitian
D.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2009 dengan alasan karena tersedianya jumlah WUS yang memadai dan berdasrkan pengalaman banyak yang melakukan papsmear kemudian lokasi penelitian dekat dengan tmepat tinggal peneliti sehingga mempermudah dan menghemat waktu penelitian, dan trersedia alat fasilitas pemeriksaan papsmear dan tenaga kesehatan yang ahli
D.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2009.

E. Populasi dan Sampel
E.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Wanita Usia Subur (WUS) yang mengikuti papsmear periode 2008 berjumlah 47 orang dilakukan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga.
E.2. Sampel
Dalam pengambilan sampel peneliti mengunakan total sampling yaitu dimana semua populasi dijadikan sampel penelitian yang berjumlah 47 orang

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
F.1. Jenis Data
1. Data primer
Data yang diperoleh dari hasil survey di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2009 dengan membagikan kuesioner kepada responden.

2. Data sekunder
Data yang diperoleh peneliti dari dokumentasi dan arsip di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.
F.2. Metode Pengumpulan Data
Dengan membagikan kuesioner kepada responden dan mengumpulkan data dengan datang ke kelurahan juga mendatangi ke rumah responden sehingga terkumpullah semua hasil kuesioner yang dibagikan.

G. Pengolahan Data dan Analisa Data
G.1. Pengolahan Data
1. Editing
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data dikelompokkan dengan menggunakan aspek pengaturan.
2. Coding
Memberikan kode pada setiap jawaban yang diberikan responden selanjutnya menghitung skor jawaban dari pertanyaan yang diberikan dan selanjutnya diberi kode.

3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
G.2. Analisa Data
Analisa data dapat dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat presentase data yang terkumpul dan disajikan tabel distribusi frekuensi kemudian dicari besarnya persentase jawaban masing-masing responden dan selanjutnya dilakukan pembahasan dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada.

gambaran pengetahuan remaja

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kematian ibu pertama kali dibahas oleh Forum Internasional di Nairobi Kenya pada bulan Oktober 1987. Menurut perhitungan WHO ada sekitar 585.000 kematian ibu setiap tahun. Sebagian besar kematian tersebut terjadi di negara berkembang (Dep. Kes, 2000).
Masalah kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Angka kematian ibu (AKI) menurut SKRT 1986 adalah 450 per 100.000 dan 373 per 100.000 kelahiran hidup pada SKRT 1995. Angka ini 3-6 kali lebih besar dari negara diwilayah ASEAN dan lebih dari 50 kali dari angka di negara maju (Dep. Kes, 2001).
Tingginya AKI yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup menurut SDKI 1997 dan penurunannya yang lambat merupakan masalah yang belum teratasi. Sedangkan target yang harus dicapai pada tahun 2010 adalah 125 per 100.000 kelahiran hidup (Dep. Kes, 2000).
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 67%, sepsis 8%, toksemia 7%, dan abortus 10% (Fortney, 1986). Perdarahan terjadi 10 kali lebih sering pada saat persalinan (Dep. Kes, 1990). Berdasarkan penelitian ternyata ditemukan sekitar 5% dari wanita yang melahirkan pervaginam akan kehilangan lebih dari 1000 mL darah. Pendarahan setelah melahirkan merupakan penyebab 25% dari keseluruhan kematian akibat pendarahan obstetrik (Kaunitz dkk., 1985).
Terjadinya perdarahan setelah melahirkan dapat dicegah, salah satunya pencegahan itu dengan pelaksanaan manajemen aktif kala III. WHO menganjurkan pelaksanaan manajemen aktif kala III melalui pemberian obat-obatan oksitosika dengan tujuan mencegah terjadinya perdarahan post partum. Keuntungan pemberian obat-obatan oksitosika dalam manejemen aktif kala III telah dibuktikan melalui uji coba klinis ternyata dapat mengurangi resiko retensio placenta, selanjutnya tindakan manajemen aktif kala III akan lebih efektif dalam pelepasan placenta bila dikombinasikan dengan penarikan tali pusat secara terkendali (Prendiville, 2001).
Salah satu upaya penurunan AKI adalah pencegahan terjadinya perdarahan setelah melahirkan melalui tindakan manajemen aktif kala III. Hal ini perlu disosialisasikan dalam rangka peningkatan kualitas dan ketrampilan penolong persalinan terutama oleh bidan (Dep Kes, 2002).
Berdasarkan pra survei diruang kebidanan RSUD Pringsewu dari tanggal 24 s.d 30 April 2004 ternyata ditemukan dari 15 bidan yang melaksanakan pertolongan persalinan hanya 4 bidan (26,7%) yang melakukan manajemen aktif kala III yaitu pemberian oksitosin dibarengi dengan peregangan tali pusat terkendali, dengan tindakan memasase uterus yang tidak tepat karena memasase uterus justru dilakukan pada saat placenta belum lepas. Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penulisan merumuskan permasalahan penelitian : “Bagaimana pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III di RSUD Pringsewu”?.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : deskiptif.
2. Subjek penelitian : bidan diruang Kebidanan RSUD Pringsewu.
3. Objek penelitian : tingkat pengetahuan bidan tentang manajemen aktif
kala III
4. Tempat penelitian : ruang kebidanan RSUD Pringsewu.
5. Waktu penelitian :April sampai dengan Mei 2004.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III di ruang Kebidanan RSUD Pringsewu.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III pada tingkat tahu.
b. Diperolehnya pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III pada tingkat paham.
c. Diperolehnya pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III pada tingkat aplikasi.
E. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dpat diperoleh dalam penelitian ini :
1. Bagi RSUD Pringsewu.
Bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik kepada ibu bersalin khususnya pada penanganan kala III di RSUD Pringsewu.

2. Bagi IBI Tanggamus.
Bahan masukan untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan khususnya tentang
manajemen aktif kala III kepada para bidan di RSUD Pringsewu.

3. Bagi Penulis.
Penulis mengharapkan penulisan KTI ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan mata kuliah metodologi penelitian khususnya bidang kebidanan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kematian ibu pertama kali dibahas oleh Forum Internasional di Nairobi Kenya pada bulan Oktober 1987. Menurut perhitungan WHO ada sekitar 585.000 kematian ibu setiap tahun. Sebagian besar kematian tersebut terjadi di negara berkembang (Dep. Kes, 2000).
Masalah kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Angka kematian ibu (AKI) menurut SKRT 1986 adalah 450 per 100.000 dan 373 per 100.000 kelahiran hidup pada SKRT 1995. Angka ini 3-6 kali lebih besar dari negara diwilayah ASEAN dan lebih dari 50 kali dari angka di negara maju (Dep. Kes, 2001).
Tingginya AKI yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup menurut SDKI 1997 dan penurunannya yang lambat merupakan masalah yang belum teratasi. Sedangkan target yang harus dicapai pada tahun 2010 adalah 125 per 100.000 kelahiran hidup (Dep. Kes, 2000).
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 67%, sepsis 8%, toksemia 7%, dan abortus 10% (Fortney, 1986). Perdarahan terjadi 10 kali lebih sering pada saat persalinan (Dep. Kes, 1990). Berdasarkan penelitian ternyata ditemukan sekitar 5% dari wanita yang melahirkan pervaginam akan kehilangan lebih dari 1000 mL darah. Pendarahan setelah melahirkan merupakan penyebab 25% dari keseluruhan kematian akibat pendarahan obstetrik (Kaunitz dkk., 1985).
Terjadinya perdarahan setelah melahirkan dapat dicegah, salah satunya pencegahan itu dengan pelaksanaan manajemen aktif kala III. WHO menganjurkan pelaksanaan manajemen aktif kala III melalui pemberian obat-obatan oksitosika dengan tujuan mencegah terjadinya perdarahan post partum. Keuntungan pemberian obat-obatan oksitosika dalam manejemen aktif kala III telah dibuktikan melalui uji coba klinis ternyata dapat mengurangi resiko retensio placenta, selanjutnya tindakan manajemen aktif kala III akan lebih efektif dalam pelepasan placenta bila dikombinasikan dengan penarikan tali pusat secara terkendali (Prendiville, 2001).
Salah satu upaya penurunan AKI adalah pencegahan terjadinya perdarahan setelah melahirkan melalui tindakan manajemen aktif kala III. Hal ini perlu disosialisasikan dalam rangka peningkatan kualitas dan ketrampilan penolong persalinan terutama oleh bidan (Dep Kes, 2002).
Berdasarkan pra survei diruang kebidanan RSUD Pringsewu dari tanggal 24 s.d 30 April 2004 ternyata ditemukan dari 15 bidan yang melaksanakan pertolongan persalinan hanya 4 bidan (26,7%) yang melakukan manajemen aktif kala III yaitu pemberian oksitosin dibarengi dengan peregangan tali pusat terkendali, dengan tindakan memasase uterus yang tidak tepat karena memasase uterus justru dilakukan pada saat placenta belum lepas. Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penulisan merumuskan permasalahan penelitian : “Bagaimana pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III di RSUD Pringsewu”?.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Sifat penelitian : deskiptif.
2. Subjek penelitian : bidan diruang Kebidanan RSUD Pringsewu.
3. Objek penelitian : tingkat pengetahuan bidan tentang manajemen aktif
kala III
4. Tempat penelitian : ruang kebidanan RSUD Pringsewu.
5. Waktu penelitian :April sampai dengan Mei 2004.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III di ruang Kebidanan RSUD Pringsewu.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III pada tingkat tahu.
b. Diperolehnya pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III pada tingkat paham.
c. Diperolehnya pengetahuan bidan tentang manajemen aktif kala III pada tingkat aplikasi.
E. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dpat diperoleh dalam penelitian ini :
1. Bagi RSUD Pringsewu.
Bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik kepada ibu bersalin khususnya pada penanganan kala III di RSUD Pringsewu.

2. Bagi IBI Tanggamus.
Bahan masukan untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan khususnya tentang
manajemen aktif kala III kepada para bidan di RSUD Pringsewu.

3. Bagi Penulis.
Penulis mengharapkan penulisan KTI ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan mata kuliah metodologi penelitian khususnya bidang kebidanan.

kti

KTI KEBIDANAN

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA

PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMU......



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu periode rentan kehidupan manusia yang sangat kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Pada tahap ini sering kali remaja tidak menyadari bahwa suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja akan mengalami suatu perubahan baik fisik, emosional maupun sosial (Dianawati, 2003: 25).

Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan fisik maupun perubahan biologis yang dalam perkembangan selanjutnya berada dibawah kontrol hormon-hormon khusus. Pada wanita, hormon-hormon ini bertanggung jawab atas permulaan proses ovulasi dan menstruasi, juga pertumbuhan payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja putri mulai memperhatikan perubahan yang ada pada dirinya, juga halnya dengan payudara dan kesehatanya. Maka tidak aneh jika dikatakan bahwa kitalah orang pertama yang paling mungkin menemukan benjolan pada payudara kita, bagaimanapun juga, kitalah satu-satunya yang paling mengenal tubuh kita. Payudara merupakan estetika kaum wanita dan daya tarik seksual yang utama sejak dahulu kala didalam bermacam-macam masyarakat, payudara wanita merupakan fokus obyek seni. Tetapi dijaman dan kebudayaan beberapa tahun belakangan ini ada sambutan hangat terhadap pemberian ASI dengan segala keuntunganya bagi ibu maupun bayinya. Dengan seluruh aktifitas didalam payudara sehubungan dengan perkembangan dalam kehidupan seorang wanita dan juga perubahan siklus yang biasa disebabkan oleh periode menstruasi teratur, sebaiknya semua wanita bermawas diri terhadap masalah yang mungkin timbul pada payudara mereka, sebaiknya pemeriksaan dapat dimulai dari waktu remaja dan pemeriksaan yang rutin dan teratur untuk mendeteksi tanda-tanda dini persoalan payudara merupakan kebiasaan yang sangat baik yang harus dilakukan sejak dini. Seorang remaja putri dapat memeriksa payudara sendiri (SADARI) pada saat mandi dengan menggunakan jari-jari tangan sehingga dapat menentukan benjolan pada lekukan halus payudaranya. Bagi banyak wanita kejadian sangat mengejutkan pada waktu sebuah benjolan sudah nampak dengan jelas, kemungkinanya adalah bahwa benjolan tersebut adalah kanker, maka seseorang mungkin telah kehilangan waktu yang berharga untuk memulai pengobatan sedini mungkin. Jadi jalan yang paling bijaksana adalah memeriksa payudara kira secara teratur pada selang waktu yang tertentu pula. Dengan cara ini, kelainan yang terkecil sekalipun dapat ditemukan dan langkah-langkah aktif untuk perngobatan dapat dimulai sedini mungkin (Gilbert, 1996: 41).

Di dunia, kematian akibat kanker diperkirakan sekitar 4,3 juta pertahun 2,3 juta diantaranya ditemukan dinegara berkembang, sedangkan jumlah penderita baru sekitar 3,9 juta pertahun dan terdapat dinegara berkembang sekitar 3 juta (Hidayati, 2001: 195).

Di negara maju insiden kanker payudara 87 per 100.000, angka kematianya kira-kira 27 per 100.000 (Tambunan 1995 : 26). Diantara tumor ganas ginekologi kanker payudara menduduki tempat nomor 2 dari insiden semua tipe kanker di Indonesia. Data terbaru berdasarkan penelitian pada 13 laboratorium patologi anatomi di Indonesia menempatkan kanker serviks diurutan pertama dengan per evaluasi 18,62% disusul kanker payudara 11,22% dan kanker kulit 8,03% (Hidayati 2001 : 197). Secara statistik di Amerika dan juga di Indonesia 95% dari semua tumor / kanker payudara ditemukan oleh penderita itu sendiri (Ramli, 2000 : 75).

Dewasa ini di Indonesia penyakit kanker dirasakan semakin menonjol, hal ini dapat dilihat dari sebagai laporan rumah sakit yang menyebutkan penyakit kanker cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian pada usia produktif. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukan proporsi penyebab kematian karena kanker semakin meningkat dari 1,3% pada tahun 1976 menjadi 3,4% pada tahun 1980, 4,3% pada tahun 1986 dan 4,8% pada tahun 1992.

Kira-kira sepertiga dari penyakit kanker dapat ditemukan cukup dini untuk dapat disembuhkan. Di bagian bedah FKUI/RSCM selama tahun 1971 – 1978 dari 735 kasus penderita payudara 267 (40%) masih merupakan kasus yang dapat dioperasi. Selama tahun 1988 sampai dengan 1996 dari 566 kasus kanker payudara 185 (32,6%) masih menunjukan kasus-kasus yang operable. Berdasarkan data pra survei berupa pertanyaan lisan yang dilakukan oleh peneliti dengan 20 siswa perempuan di SMUN1 ............ tentang masalah SADARI terdapat 18 orang siswi perempuan yang belum mengetahuinya. Persoalanya adalah bagaimana cara memasyarakatkan SADARI sejak mulai remaja untuk mendetekasi segala kelainan/keganasan pada payudara. Oleh sebab itu penulis berminat untuk mengukur sejauh mana pengetahuan siswi SMU ini yang mempunyai jumlah siswa 610 orang yang terdiri dari siswi perempuan 402 orang dan siswa laki-laki 208 orang dari kelas I sampai kelas III (Data TU SMUN 1 ............, 2009)

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang teridentifikasi dari prasurvei tesebut diatas adalah :

1.2.1 Dinegara maju insiden kanker payudara 87 per 100.000, angka kematianya kira-kira 27 per 100.000 (Tambuan 1995 : 26). Diantara tumor ganas ginekologi kanker payudara menduduki tempat nomor dua dari insiden semua tipe kanker di Indonesia. (Ramli, 2000 : 75).

1.2.2 Kira-kira sepertiga dari penyakit kanker payudara dapat ditemukan cukup dini untuk dapat disembuhkan. Dibagian bedah FKUI/RSCM selama tahun 1971-1978 dari 735 kasus penderita kanker payudara 267 (40%) masih merupakan kasus yang dapat dioperasi.

1.2.3 Dari 20 siswa perempuan di SMU N 1 ............ terdapat 18 siswi perempuan yang belim mengetahui tentang masalah SADARI.

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI di SMU N 1 ............ ............ tahun 2009 ”

1.4 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang periksa payudara sendiri (SADARI) di SMU N 1 ............ ............, 2009.

1.5 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan yaitu :

1.5.1 Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tengang SADARI di SMU Nenegri 1 ............ ............ tahun 2009.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian SADARI di SMU Negeri 1 ............ ............ tahun 2009.
2. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang tujuan SADARI di SMU Negeri 1 ............ .............
3. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tengang kapan waktu melakukan SADARI di SMU Negeri 1 ............ ............ tahun 2009.
4. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang cara melakukan SADARI di SMU Negeri 1 ............ ............ tahun 2009.
5. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang hasil pemeriksaan SADARI di SMU Negeri 1 ............ ............ tahun 2009.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Akademi Kebidanan Wira Buana Metro

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa khususnya Program Studi Kebidanan Wira Buana Metro.

1.6.2 Bagi Staf Pengajar SMU Negeri 1 ............

Hasil penelitan diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di SMU Negeri 1 ............ dengan cara memberikan materi SADARI pada pelajaran biologi.

1.6.3 Bagi siswi perempuan di SMU Negeri 1 ............

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan pengetahuan bagi siswi SMU Negeri 1 ............ agar dapat melakukan SADARI untuk mendeteksi dini segala kelainan yang ada pada payudara.

1.6.4 Bagi Peneliti

Untuk menambah pengalaman peneliti dan untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang SADARI di SMU Negeri 1 ............ ............ sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama pendidikan.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Di dalam penelitian akan membatasi ruang lingkup yang diteliti, yaitu :

1. Subjek

Subjek yang akan diteliti adalah siswi SMU Negeri 1 ............ ............ tahun 2009

2. Obyek

Obyek penelitian tentang tingkat pengetahuan siswi / remaja putri SMU Negeri I ............ ............ Tahun 2009 tentang SADARI.

3. Lokasi

Lokasi penelitian di SMU Negeri 1 ............ ............

4. Waktu
Waktu penelitian mulai bulan Januari sampai dengan …………

sadari

PENGETAHUAN SADARI
( Studi Analisis Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri
“SADARI” )

SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Jurusan Antropologi Sosial

O
L
E
H



WENDY FEBRIANTI
050905051



DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
WENDY FEBRIANTI, PENGETAHUAN SADARI (Studi Analisis
Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri) di Dusun
III Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat,Skripsi 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat pengetahuan wanita usia
subur terhadap SADARI sebagai suatu usaha yang baik utuk mencegah dan
mengetahui penyakit kanker payudara sejak awal, di Dusun III Desa Sidomulyo
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat .
Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari tentang manusia beserta kebudayaan. Penerapan dari ilmu
antropologi mula – mula adalah terhadap masalah pembangunan masyarakat,
kemudian lebih luas lagi, yaitu terhadap masalah ekonomi masyarakat, terhadap
masalah kesehatan masyarakat, dan lain – lain.
Kaum wanita masih sangat rentan menderita penyakit kanker payudara
yang dapat mengakibatkan kematian. Kanker payudara merupakan 1-3%
penyebab kematian pada wanita diseluruh dunia. Kanker payudara adalah
sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat
ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Periksa
payudara sendiri (SADARI) merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya
kelainan pada payudara. Dimana SADARI sebaiknya dilakukan seminggu
Universitas Sumatera Utara
setelah selesai haid. SADARI dilakukan pada usia 20-30 tahun. SADARI
merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara.
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survai
dengan pendekatan explanatory research untuk menganalisis pengetahuan
Wanita Usia Subur Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di Dusun III
Desa Sidomulyo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Metoe pengumpulan
data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder.
Data primer diperoleh atau diambil oleh peneliti dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Selanjutnya peneliti juga akan
mendapatkan data observasi sebagai kelengkapan data primer. Sedangkan data
sekunder didapat melalui instansi terkait berupa data-data pendukung.
Adapun yang menjadi hasil dari penelitian ini diketahui bahwa dari
analisa sebagaimana yang telah dikemukakan di awal tulisan ini bahwa, tingkat
pengetahuan responden terhadap SADARI dibagi dalam 3 bagian. Adapun
ketiga bagian tersebut adalah sebagai berikut: Tanda-tanda penderita kanker
payudara, Pelaksanaan kegiatan SADARI yang benar, Pemeriksaan SADARI
Dari 3 kelompok permasalahan ini dibuat beberapa pertanyaan yang
kemudian diberi skor setiap masing-masing jawaban dari pertanyaan tersebut.
Setiap jawaban daripertanyaan yangbenar diberi nilai angka 10. Untuk
permasalah pertama contohnya, nilai tertinggi itu adalah 40, karena
mengandung 4 pertanyaan. Dari 4 pertanyaan tersebut dapat dibuat 3 tingkatan
penilaian sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
(∑ Nilai Tertinggi - ∑ Nilai Terendah)
Nilai Rentang (NR) =
3
40 - 4
Contoh Nilai Rentang =
3

Rentang Nilai = 12

Hasil penelitian yang dilakukan, yang berhubungan dengan tanda-tanda
penderita kanker payudara, berdasarkan besaran benjolan kanker payudara
pada payudara yang terserang penyakit tersebut, dari 30 responden hanya 6
atau 20 % responden yang dapat menjawab dengan benar bahwa benjolan yang
ada pada payudara hanya sebesar 5 cm. Dan lebih banyak para responden
menjawab benjolan itu sebesar 3 cm, yaitu sebanyak 16 responden atau 53.3 %.








Universitas Sumatera Utara






















Universitas Sumatera Utara

kti tingkat pengetahuan wus

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Kanker leher rahim merupakan jenis penyakit kanker yang paling banyak diderita wanita diatas usia 18 tahun. Kanker leher rahim ini menduduki urutan nomor dua penyakit kanker didunia bahkan sekitar 500.000 wanita di seluruh dunia di diagnosa menderita kanker leher rahim dan rata-rata 270.000 meninggal tiap tahun (Depkes RI, 2008).
Diperkirakan pada tahun 2010 kanker leher rahim menjadi penyebab utama mortalitas diseluruh dunia dan pada tahun 2030 diperkirakan terjadi kasus kanker baru sebanyak 20 hingga 26 juta jiwa dan 13 hingga 17 juta jiwa meninggal akibat kanker leher rahim. Peningkatan angka kejadian kanker diperkirakan sebesar 1% per tahun. Pada tahun 2008 disampaikan dalam world cancer report bahwa terjadi 12 juta jiwa pasien yang baru didiagnosis kanker leher rahim.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar sepertiga kanker dapat disembuhkan jika didiagnosis dan ditangani pada stadium dini, untuk itu perlunya skrining kanker seperti melakukan papsmear untuk mendeteksi kelainan sel-sel pada leher rahim (Nofa, 2003).
Kini pap smear telah dikenal sebagai suatu pemeriksaan yang aman, murah dan telah dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan sel-sel leher rahim. Semakin dini sel-sel abnormal terdeteksi semakin rendah resiko seseorang menderita kanker leher rahim (Wim De Jong, 2004).
Sekitar 80% kasus kanker leher rahim terjadi pada wanita yang hidup berkembang. Di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk. Kanker leher rahim adalah kematian nomor satu yang sering terjadi pada wanita Indonesia. Setiap wanita tanpa memandang usia dan latar belakang beresiko terkena kanker leher rahim.
Tingginya kasus di negara berkembang ini disebabkan terbatasnya akses screening dan pengobatan. Masih banyak wanita dinegara berkembang, termasuk Indonesia kurang mendapat informasi dan pelayanan terhadap penyakit kanker leher rahim. Ini disebabkan karena tingkat ekonomi rendah dan tingkat pengetahuan wanita yang kurang tentang papsmear (Meutia, 2008).
Kanker leher rahim disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Menurut Bambang (2008) mengatakan kaum lelaki berperan sangat bersar dalam penularan HPV. Laki-laki yang suka berganti-ganti pasangan beresiko besar menularkan virus Papiloma dari pasangannya yang menderita kanker leher rahim ke pasangannya yang baru (Andreas, 2008).
Pada umumnya penderita Ca serviks adalah umur 30-60 tahun tapi sangat rentan terjadi pada wanita usia 35-55 tahun. Saat ini usia remaja juga beresiko terkena kanker leher rahim, ini disebabkan karena remaja mulai berhubungan seksual pada usia dibawah 18 tahun serta sering berganti pasangan, ini akan beresiko tinggi teerkena infeksi virus HPV. Semua wanita yang berusia 18 tahun atau lebih dan telah aktif secara seksual harus melakukan papanicolaou (papsmear). Semakin dini sel-sel abnormal dideteksi semakin rendah resiko wanita menderita kanker leher rahim (Bobak, 2004).
Berdasarkan data rekam medik yang dilakukan oleh penulis, diperoleh jumlah Wanita Usia Subur (WUS) pada bulan Januari sampai Desember 2008 di Kelurahan Aek Muara Pinang 108 orang, yang melakukan pap smear sebanyak 47 orang, sedangkan yang tidak melakukan papsmear 61 orang.
Dari uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan wanita usia subur (WUS) tentang pap semar di Kelurahan Aek Muara Pinang Tahun 2009.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan pada penelitian adalah “Bagaimanakah gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang papsmear di kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga tahun 2009.



C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang pap smear di kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang pap smear berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang paps mear berdasarkan tingkat pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang paps mear berdasarkan pekerjaan.
d. Untuk mengetahui pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang paps mear berdasarkan sumber informasi.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Peneliti.
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam penerapan ilmu yang didapat selama masa pendidikan di Akademi Kebidanan Nauli Husada Sibolga khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi wanita khususnya tentang papsmear.
D.2. Bagian Instansi Pendidikan
Menambah bahan bacaan perpustakaan AKBID/AKPER Nuli Husada Sibolga yang dapat dijadikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan panduan bagi mahasiswa/mahasiswi yang akan melanjutkan penelitian.
D.3. Bagi Wanita.
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan wanita dibidang kesehatan reproduksi khususnya tentang manfaat pemeriksaan pap smear.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
A.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
A.2. Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tinkatan, yakni :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk mengingat kembali tahap suatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan. Jadi tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sutau kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh : menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)
d. Analisa (Analysis)
Analisa adalah Kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek didalam struktur organisasi tersebut dam masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan-kemampuan analisis dapat dikaitkan dari penggunaan-penggunaan kata kerja seperti kata kerja seperti menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Shintesis)
Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari suatu objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur.
A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Usia
Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun). Wanita yang sudah menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 18 tahun) mendekati resiko terkena kanker leher rahim (Notoatmodjo, 2003).
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal didalam lembaga pendidikan. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan terhadap motivasi untuk melakukan papsmear, karena semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kesadaran pada orang tersebut dalam menerima informasi. Tingkat pendidikan tinggi akan berbeda cara penilaian seseorang, sehingga timbul keinginan atau motivasi seseorang itu berbeda terhadap kematian akibat penyakit pada organ reproduksinya karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran wanita untuk melakukan pap smear (Notoatmodjo, 2003).
c. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Media informasi untuk komunikasi massa terdiri dari :
- Media cetak atau cetakan, yaitu surat kabar, majalah, buku.
- Media elektronik, yaitu radio, tv, internet.

B. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Papsmear
B.1. Pengertian
Papsmear adalah pemeriksaan yang aman, murah dan telah dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan sel-sel dimulut rahim (Andreas, 2008).
Papsmear adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel leher rahim (Yohanner, 1999)
Kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan dapat diobati pada stadium dini dengan angka kesembuhan 100% dari semua kasus kanker. Umur penderita biasanya 35-55 tahun tetapi dapat terjadi di usia dini yaitu 18 tahun (Bobak, 2004).
Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling menakutkan bagi semua wanita.kanker ini dapat mengakibatkan kematian. Jenis kanker ini paling sering ditemukan diantara penyakit kanker ginekologi (Dhanny, 2008).
Beberapa faktor predisposisi keganasan kanker serviks adalah :
a. Berhubungan seks diusia dini.
b. Gonta-ganti pasangan
c. Merokok
d. Mencuci vagina
e. Kekurangan vitamin
f. Penggunaan estrogen
Alasan utama mengapa kanker leher rahim memiliki mortalitas yang besar adalah karena wanita datang memeriksakan dirinya sudah stadium lanjut. Ini terjadi karena 90% dari kasus kanker leher rahim pada stadium dini tidak memiliki gejala khas sehingga penderita tidak mengetahui adanya kanker di tubuhnya.
Kanker leher rahim ditandai dengan timbulnya sel-sel pada mulut rahim yang tidak lazim (abnormal). Sebelum sel-sel kanker terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut selama bertahun-tahun. Pada stadium awal, kanker ini cenderung tidak terdeteksi dan tidak ada keluhan yang dirasakan. Gejala klinis stadium lanjut ditandai dengan wanita yang sering mengalami perdarahan pada vagina yang tidak normal, keputihan, seperti nanah dan berbau, perdarahan setelah berhubungan sesksual, ini sudah merupakan stadium lanjut (Purnamasari, 2008).
Papsmear dapat dilakukan pada wanita yang sudah mulai aktif berhubungan seks. Test papsmear merupakan pemeriksaan serologi dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong murah. Terbukti tes ini cukup efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan kanker mulut rahim. Test ini dapat dilakukan setelah bersih haid dan tidak melakukan hubungan seksual paling sedikit 24 jam sebelum dilakukan test papsmear (Dhanny, 2008).
B.2. Manfaat Penggunaan Papsmear
Manfaat papsmear adalah untuk mendeteksi secara dini adanya kondisi tidak normal dari sel-sel dinding rahim yang dapat berkembang menjadi sel kanker sehingga dapat dilakukan terapi secepatnya dan diharapkan dapat mengurangi angka kematian akibat kanker leher rahim (evennett, 2003).
B.3. Alat Persiapan Papsmear
a. Spekulum cocor bebek
b. Spatula ayre
c. Cytabrush
d. Kaca objek
e. Alkohol 95% (See, 2007).
B.4. Cara Pengambilan Sediaan Papsmear
1. Tuliskan data klinis pasien yang jelas pada lembar permintaan konsultasi.
2. Pasang spekulum cocor bebek untuk menampilkan serviks.
3. Spatula dengan ujung yang di usap 360° pada permukaan serviks.
4. Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label dengan pensil pada sisi kirinya sepanjang setengah panjang gelas dan geserkan sekali saja agar tidak terjadi kerusakan sel.
5. Spatula ayre yang telah dimotiviasi dengan ujung yang panjang agar bisa mencapai sambungan skuamokolumner atau kapas lidi diusap 360° pada permukaan endoserviks, kemudian digeserkan pada setengah bagian sisinya.
6. Masukkan segera dalam larutan fiksasi, biasanya alkohol 95%, biarkan larutan fiksasi minimal selama 30 menit.
7. Keringkan di udara bila tempat pencernaan jauh dari tempat praktek, masukkan sediaan dalam amplop/pembungkus agar tidak pecah (Ramli, 2000).
B.5. Syarat Utama Pengambilan Cairan Pemeriksaan Papsmear
Syarat utama cairan yang akan diambil adalah tidak boleh bercampur cairan-cairan lainnya yang dapat mengganggu pemeriksaannya, oleh karena itu dapat dirinci sebagai berikut :
1. Cairan yang akan diambil dibagian luar genetalia, biarkan sebagaimana adanya jangan dicuci sekali pun berbau.
2. Cairan senggama jangan dicuci menjelang pengambilan bahannya jangan melakukan hubungan seks sedikitnya 24 jam. Terlihat di sini bahwa pengambilan papsmear tidak menimbulkan rasa sakit tetapi metode ini mempunyai keuntungan yang sangat besar (Manuaba, 1999).
B.6. Indikasi Pemeriksaan Pap Smear
1. Leukorea (keputihan)
Yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Leukorea bukan penyakit, tetapi gejala penyakit sehingga sebab yang pasti belum ditetapkan. Oleh karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina.leukorea sebagai gejala penyakit dari vagina dapat ditentukan melalui berbagai pertanyaan yang mencakup :
- Sejak kapan terjadinya ?
- Apakah disertai rasa gatal ?
- Apakah berbau ?
- Apakah bercampur darah ?
- Apakah sedang hamil ?
- Adakah rasa nyeri di daerah kemaluan ?
Untuk memeriksanya perlu dilakukan pemeriksaan yang mencakup : pemeriksaan umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan terhadap leukorea. Pemeriksaan terhadap leukorea (keputihan) mencakup pewarnaan gram (infeksi jamur), pembiakan (menentukan bakteri penyebab) dan pap semar untuk menentukan adanya sel ganas (Manuaba, 2000).
2. Kelarnya darah sewaktu senggama (kontak berdarah)
Kontak berdarah merupakan keadaan yang abnormal dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan dan menegakkan apa penyebabnya, sehingga dapat dilakukan pengobatan yang tepat. Penyebab kontak berdarah seperti : adanya benda asing dalam liang senggama atau rahim, infeksi leher rahim, permukaan mulkut rahim, tumor jinak sekitar mulut rahim (Poliendometrium, poli mulut rahim, tumor mulut rahim terlahir atau pembuluh darah yang pecah), tumor ganas yaitu keganasan pada liang senggama, mulut rahim, dan saluran telur (Prawirohadjo, 2002).
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : enfeksil pemeriksaan dengan alat-alat “cocor bebek” atau speculum dan pemeriksaan dalam, sednagkan pengobatan lanjut yaitu pengambilan pap smear yaitu mengambil cairan untuk menentukan sel ganas (Mansjoer, 2000).
B.7. Hasil Pemeriksaan Papsmear
Hasil papsmear merupakan hasil yang sesuai diadakan oleh usaha dari pemeriksaan laboratorium sitologi. Hasil papsmear dari pemeriksaan laboratoium Sitologi dengan mendeteksi perubahan kecil pada sel-sel di leher rahim yang mengarah pada keganasan dimana dalam stadium dini pengobatan mudah dilakukan dan perlu untuk sembuh pun lebih besar.
Dalam diagnostik tumor ganas dari tumor ganas dari laboratorium diperoleh hasil papsmear, menurut klasifikasi Papanicolou :
- Kala I : Negatif ditemukan (tidak ditemukan sel-sel ganas)
- Kala II : Ada sel-sel apitik, akan tetapi tidak mencurigakan
- Kala III : Ada sel-sel apitik, dicurigai keganasan.
- Kala IV : Jelas tumor ganas (Sarwono, 2002).
Interpretasi dan dokumentasi dari jawaban Sitologi :
- Negatif : Tidak ditemukan sel ganas, ulangi pemeriksaan Sitologi dengan satu tahun lagi.
- positif : Terdapat sel-sel ganas.
Periode pengamatan mikroskopik harus dilakukan biopsi untuk memastikan diagnosis penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan seorang ahli Onkologi.
- Inkonkulsif : Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik/tidak ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel, ulangi pemeriksaan Sitologi setelah dilakukan pengobatan radang dan sebagainya.
- Displamsia : Terdapat sel-sel diskarotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat ringan sedang, sampai karsinoma, diperlukan konfirmasi dengan kalposkopi atau biopsi. Lakukan penanganan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya.
- HPV : Pada infeksi virus ditemukan sediaan negatif atau displasia kalposkopi dan ulang papsmear (Mansjoer, 1999).















BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen



BAGAN III A
Kerangka Konsep Penelitian


B. Defenisi operasional
B.1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui wanita usia subur (WUS) tentang pap smear dengan kategori :
a. Baik : Apabila skor 76% -100% jawaban benar (16-20, soal benar)
b. Cukup : Apabila skor 56% - 75% jawaban benar (12-15, soal benar)
c. Kurang : Apabila skor <56% jawaban benar (<11, soal benar) (Arikunto, 2002).
Skala ukur
Alat ukur : Ordional
Kuesioner
B.2. Umur adalah usia wanita subur (WUS) saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dengan tahun dengan kategori:
a. 18 – 21
b. 22 – 26
c. 27 – 31
d. 32 – 35
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Interval
B.3. Tingkat pendidikan adalah pendidikan Format terakhir yang pernah diselesaikan wanita usia subur (WUS) dengan kategori:
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Perguruan Tinggi
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
B.4. Sumber informasi adalah media yang digunakan wanita usia subur (WUS) untuk memperoleh informasi tentang Pap Smear dengan kategori:
b. Media massa
c. Tenaga kesehatan
d. Keluarga / masyarakat
e. Media elektronik
Skala : Nominal
Alat ukur : Kuesioner

C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah bersifat deskriptif yaitu untuk memperoleh gambaran pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang Pap Smear di kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2009.

D. Lokasi dan waktu Penelitian
D.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2009 dengan alasan karena tersedianya jumlah WUS yang memadai dan berdasrkan pengalaman banyak yang melakukan papsmear kemudian lokasi penelitian dekat dengan tmepat tinggal peneliti sehingga mempermudah dan menghemat waktu penelitian, dan trersedia alat fasilitas pemeriksaan papsmear dan tenaga kesehatan yang ahli
D.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2009.

E. Populasi dan Sampel
E.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Wanita Usia Subur (WUS) yang mengikuti papsmear periode 2008 berjumlah 47 orang dilakukan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga.
E.2. Sampel
Dalam pengambilan sampel peneliti mengunakan total sampling yaitu dimana semua populasi dijadikan sampel penelitian yang berjumlah 47 orang

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
F.1. Jenis Data
1. Data primer
Data yang diperoleh dari hasil survey di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2009 dengan membagikan kuesioner kepada responden.

2. Data sekunder
Data yang diperoleh peneliti dari dokumentasi dan arsip di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.
F.2. Metode Pengumpulan Data
Dengan membagikan kuesioner kepada responden dan mengumpulkan data dengan datang ke kelurahan juga mendatangi ke rumah responden sehingga terkumpullah semua hasil kuesioner yang dibagikan.

G. Pengolahan Data dan Analisa Data
G.1. Pengolahan Data
1. Editing
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data dikelompokkan dengan menggunakan aspek pengaturan.
2. Coding
Memberikan kode pada setiap jawaban yang diberikan responden selanjutnya menghitung skor jawaban dari pertanyaan yang diberikan dan selanjutnya diberi kode.

3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
G.2. Analisa Data
Analisa data dapat dilakukan dengan cara deskriptif dengan melihat presentase data yang terkumpul dan disajikan tabel distribusi frekuensi kemudian dicari besarnya persentase jawaban masing-masing responden dan selanjutnya dilakukan pembahasan dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada.