Rabu, 22 April 2009

tulis-tulis

kuliah


ayo kuliah


semangaddd

lagi ngenet

Senin, 07 April 2008

Kota Ambon Konsisten Mendorong Program KB







Ambon- Perkembangan pembangunan di suatu wilayah, tidak dapat dilepaskan dari pengaruh pertumbuhan penduduk. Program keluarga berencana yang sejak pemerintahan orde baru dicanangkan, masih terus menjadi perhatian pemerintah pusat maupun daerah sampai saat ini, termasuk pemerintah kota Ambon. Melihat perkembangan program keluarga berencana (KB) di Maluku, jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya, kota Ambon dinilai sangat konsern dalam mensosialisasikan program KB.
Dalam kenyataannya, Kota Ambon termasuk yang paling giat mendorong program KB, karena kelembagaannya masih berbicara tentang KB, ungkap kepala BKKBN Maluku, T.P. Siturus.
Kalau kita melihat kabupaten lain, BKKBN justru masih digabungkan dengan dinas Catatan Sipil, yang pada akhirnya program tersebut belum bisa disosialisasikan secara baik. Padahal Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38/2007 sangat jelas mengatur dan mewajibkan pemerintah kabupaten/kota untuk mensosialisasikan program KB.
Karena itu, kelembagaannya tidak boleh disatukan dengan dinas lain. Dia harus terpisah. Kalaupun itu disatukan, maka itu harus disatukan denganpemberdayaan perempuan, karena itu lebih menyentuh dan lebih tepat, tegas Siturus.
Jika kita perhatikan, sebenarnya Dinas Kesehatan dan BKKBN sangat erat hubungan dan saling sinergi, karena program KB tidak akan berhasil tanpa kesehatan, sebab yang melakukan pelayanan untuk aalat kontrasepsi adalah dokter, ungkapnya. Ditegasnya pula, program KB harus terus disosialisasikan, dan ada beberapa program yang menjadi prioritas yaitu, program KB dan reproduksi, program kesehatan reproduksi remaja, program kesehatan keluarga dan pemberdayaan keluarga, juga pembinaan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, dan ini merupakan visi BKKBN dalam mensosialisasikan program KB.
Menurut Sitorus, dengan perkembangan otonomisasi daerah, BKKBN memiliki lima grand strategis yang disebut dengan strategis dasar yaitu, pertama, pemberdayaan masyarakat; kedua, menyusun kembali pengelolaan organisasi KB; ketiga, peningkatan SDM operasional; keempat, peningkatan ketahanan dan pembinaan keluarga, bagaimana membina keluarga balita dan termasuk disini pra sejahtera dan keluarga sejahtera. Mereka ini harus terlibat dalam usaha pendapatan yang disebut dengan usaha peningkatan pendapatan keluarga; kelima, peningkatan pembiayaan KB, sehingga sangat diharapkan dengan adanya otonomisasi ini, tidak saja pembiayaan dari pusat, tetapi ada pembiayaan dari pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota melalui APBD.
Selanjutnya kata Siturus, dalam rangka mencapai sasaran pembangunan milinium maka sangat dibutuhkan komitmen yang tinggi dari semua sektor pembangunan, baik swasta, lembaga eksekutif maupun legislatif.
ASUHAN KEBIDANAN TEORI
KB METODE OPERATIF PRIA (MOP)

I. PENGKAJIAN
Tanggal …. Jam…….
A. Anamnesa
1. Umur
Ø Merupakan factor penting dalam kehidupan (tidak mutlak). Umur calon aseptor tidak kurang dari 30 tahun, umur istri tidak kurang dari 25 tahun dan tidak lebih dari 40 tahun.
Ø Umur istri telah sekitar 25 tahun sampai sebelum menopause.
Ø Umur ibu sudah lebuh dari 30 tahun .
2. Keluhan
Ø Suami dengan sukarela ingin menjadi seorang aseptor KB.
Ø Calon peserta memilih mantap karena memiliki anak hidup lebih dari sama dengan 2.
3. Riwayat kesehatan
Ø Pasien tidak sedang menderita penyakit :
a. infeksi kulit lokal (skabies)
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi dan sensitifikasi terhadap sarcoptes cabiei hominis, pada aseptor yang menderita scabies akan menambah buiruk keadaan pasien dimana bakteri tersebut akan masuk kedaerah yang terkena luka.
b. infeksi traktus genitalis
c. kelainan skrotum dan sekitarnya
1. varicocle
pembesaran pembuluh darah pada daerah testis pada aseptor yang varicocle bisa mengakibatkan perdarahan.
2. hydrococle besar
Terdapat massa di skrotum yang berubah ukuran yang berhubungan dengan aktivitas klien.

3. filiarisasis
4. hernia inguinal
Benjolan di daerah inguinal dan atau scrotal yang hilang dan dapat timbul lagi. Timbul bila terjadi pada saat seseorang mengejan, batuk-batuk, tertawa atau menangis. Bila pasien tenang,benjolan akan hilang secara spontan. Hal ini berpengaruh pada MOP karena hernia ini dapat mengganggu efektifitas dari MOP.
5. orchiopexy
6. luka parut bekas operasi hernia
pembentukan jaringan yang baru sulit.
7. skrotum yang sangat tebal
Dapat mempersulit tindakan operasi dan penyatuan jaringan dari luka pasca operasi akan mengalami hambatan.

d. penyakit siskemik
1. penyakit - penyakit perdarahan
2. DM
Pada penderita Diabetes Melitus jika dilakukan operasi, luka pasca operasi akan sulit dalam proses penyembuhan.
3. penyakit jantung
Sebagai akibat dari masuknya larutan anestesi ke dalam sirkulasi darah sehingga dapat menyebabkan kerja jantung menjadi tidak stabil.

e. gangguan jiwa
Ø penyakit jantung atau kardiovaskuler dapat menyebabkan penyulit karena masuknya larutan anestesi ke dalam sirkulasi darah yang gejalanya berupa aritmia, depresi miocard, atau hipotensi dan fibrilasi ventrikel
Ø pelayanan kontap hanya diberikan kepada calon aseptor yang memenuhi syarat sehat yaitu jika setelah dilakukan pemeriksaan medis disimpulkan tidak ditemui kontraindikasi.

Untuk menjadi calon akseptor harus memenuhi syarat sehat yaitu jika setelah dilakukan pemeriksaan medis, tidak ditemukan hal-hal sebagai berikut :
1. Penebalan kulit skrotum
Dapat mempersulit tindakan operasi dan penyatuan jaringan dari luka pasca operasi akan mengalami hambatan.
2. Penebalan fascia spermatica eksterna
3. Dermatitis aktif pada kulit skrotum
Penyakit yang terjadi pada skrotum, membuka peluang terjadinya penularan infeksi baik terhadap akseptor, petugas maupun lingkungan.
4. Elefanthiasis skroti
5. Hernia skrotalis dan atau Hernia inguinalis
Benjolan di daerah inguinal dan atau scrotal yang hilang dan dapat timbul lagi. Timbul bila terjadi pada saat seseorang mengejan, batuk-batuk, tertawa atau menangis. Bila pasien tenang,benjolan akan hilang secara spontan. Hal ini berpengaruh pada MOP karena hernia ini dapat mengganggu efektifitas dari MOP.
6. Hidrokel dan atau varikokele
Terdapat massa di skrotum yang berubah ukuran yang berhubungan dengan aktivitas klien.
7. Tumor testis
Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih dari 90% berasal dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan yang tinggi, tetapi dapat sembuh bila diberikan penanganan yang adekuat.

8. Andescensus testis
9. Jarak antara panggul penis dan testis yang terlalu pendek
(PKMI.1996:12) , (BKKBN.1995:82)

Kontraindikasi relative :
1. Kelainan pembekuan darah
Dikarenakan apabila pada saat dilakukan operasi jika mengalami pembekuan darah dapat menyebabkan perdarahan yang sulit untuk disembuhkan.
2. Kelainan jantung
Sebagai akibat dari masuknya larutan anestesi ke dalam sirkulasi darah sehingga dapat menyebabkan kerja jantung menjadi tidak stabil.
3. Diabetes
Pada penderita Diabetes jika dilakukan operasi, luka pasca operasi akan sulit dalam proses penyembuhan.
4. Anemia
Pada penderita anemia jika dilakukan operasi, pada pasca operasi akan terjadi perdarahan dan dapat memperburuk keadaan anemia tersebut.
5. Infeksi traktus genitalis
Yaitu infeksi pada saluran genital. Pada seseorang calon akseptor sudah mengalami infeksi pada saluran genital maka untuk melakukan MOP ini harus melalui proses penyembuhan terlebih dahulu dari infeksi tersebut. Jika calon akseptor tersebut sudah sembuh, pasien dapat melakukan MOP.
(PKMI.1996:12) , (BKKBN.1995:82)

4. Riwayat Obstetri
Calon peserta telah mempunyai anak hidup sekurang-kurangnya dua orang atau jika anaknya hanya dua orang maka umur anak yang terkecil minimal telah dua tahun.(PKMI.1996: 8)

5. Riwayat Perkawinan
a. Calon peserta harus memenuhi syarat bahagia yaitu calon peserta terikat dalam perkawinan yang syah dan harmonis. (PKMI.1996:8)
b. Sudah mempunyai dua anak dan umur ibu sudah lebih dari 30 tahun. (BKKBN.1995:7)

6. Riwayat KB
a. Telah diberi informasi bahwa masih ada alat kontrasepsi lain yang bias dipergunakan, tetapi tetap memilih kontrasepsi mantap.
b. Telah diinformasikan bahwa kontrasepsi mantap sifatnya permanent artinya bila berhasil peserta tidak dapat mempunyai anak lagi tetapi tetap memilih kontrasepsi mantap.

7. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi
Klien sudah makan.
b. Personal Hygiene
· Klien sudah mandi.
· Klien memakai pakaian yang bersih dan longgar.
· Klien sudah membersihkan daerah skrotum dan lipatan paha.
· Klien memakai celana dalam yang bersih.
(Syaifuddin.2003:PK-79)

8. Data Spiritual
Klien memiliki keyakinan bahwa MOP tidak dilarang oleh agama. (Hanafi.1996:318)

9. Data Psikologis
Ø Rasa takut bahwa tindakan kontap akan mempengaruhi kehidupan sexnya (Hanafi 2006:307)
Ø Kecemasan (BKKBN 1995:13)
Ø Calon peserta hidup harmonis dan sehat rohani (Winkjosastro 2002:933)
Ø Tidak ada tekanan dari pihak lain dan tidak ada imbalan dari orang lain.

10. Data Social Ekonomi
Ø Keuntungan kontap pria adalah biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat (Mochtar 1998:333)
Ø Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencukupi hal-hal yang semula belum mampu dilaksanakan. Sebaiknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha kurang maju maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka. (Hurlock 1996:333)

11. Data Budaya/ Cultural
Sangat dianjurkan dinegara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita (Hanafi 2006:308)

12. Data Pengetahuan
Ø Minat untuk vasektomi timbul apabila seseorang telah tahu tentang segala hal berkaitan dengan metode kontrasepsi MOP (PKMI 1996:7)
Ø Telah diberi informasi bahwa masih ada alat kontrasepsi lain yang bisa dipergunakan tapi tetap memilih kontap
Ø Telah diberi tahu bahwa kontap dilakukan dengan tindakan pembedahan dan selalu ada resiko tapi tetap memilih kontap
Ø Telah diinformasikan bahwa kontap sifatnya permanen artinya bila berhasil pasien tidak mempunyai anak lagi tapi tetap memilih kontap (PKMI 1996:7)
Ø Pengetahuan tentang alternatif metode kontrasepsi lain (Konseling 12-2)

B. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Umum
Ø Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis (Konseling :12-14)
Ø Tekanan Darah antara 110/70 mmHg – 140/90 mmHg
Hal ini berhubungan dengan tekanan darah tinggi ( Hipertensi ) dan tekanan darah rendah ( Hipotensi ).
Ø Nadi antara 70 – 100x per menit
Ini merupakan nadi yang normal bagi orang dewasa.

2. Status present
Ø Konjungtiva tidak pucat
Berhubungan dengan tanda tanda gejala anemia yang dapat berakibat perdarahan
Ø Tidak ada kelainan pada jantung, paru, hepar,dan limfe
Ø Genetalia
Kulit skrotum tidak mengalami infeksi lokal, varicocele, hidrokel besar, varialis, hernia inguinal, orciopexy, luka bekas operasi dan kulit skrotum tidak tidak tebal (PKMI 1996:12)

3. Pemeriksaan Penunjang.
Ø Pemeriksaan darah : Hb, leukosit, laju endap darah, masa perdarahan diatas atau sama dengan 9 % dan masa pembekuan darah semuanya normal.
Ø Pemeriksaan urine lengkap ( - ) ( PKMI 1996 : 13 ).

II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa kebidanan :
Tn …… umur lebih dari 30 tahun dengan jumlah anak lebih dari 2 dengan calon akseptor KB vasektomi.
Data dasar :
A. Data subjektif
Ø Akseptor mengatakan anaknya sudah cukup ( > 2 atau lebih dengan anak terkecil lebih dari 2 tahun dan tidak ingin mempunyai anak lagi ).
Ø Akseptor menyatakan sikap untuk dilakukan vasektomi dan sudah mendapatkan persetujuan dari istri ( PKMI 1996 : 8 ).
Ø Keinginan suami untuk ber-KB dan mutlak atas keinginan sendiri ( PKMI 1996 : 8 ).
B. Data objektif
a. Pemeriksaan fisik.
Ø Tidak ada varicocele.
Ø Tidak ada filiriasis.
Ø Tidak ada luka parut bekas operasi hernia.
Ø Tidak ada traktus genitalis.
Ø Skrotum tidak ada penebalan.
Ø Tidak ada infeksi kulit local, contoh sebies.
( Hanafi 2000 : 308 ).
b. Pemeriksaan penunjang.
Ø Hb : 14 – 18 gr %.
Ø Glucose urine : < 100 mg / 100 ml.
c. Masalah yang mungkin timbul.
Pada saat dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan tidak ada masalah yang muncul seperti : hipersensitifitas, aritmia, infeksi, hipotensi, perdarahan, dll. ( PKMI 1996 : 42 – 48 ).



III. DIAGNOSA POTENSIAL
1. Infeksi luka.
2. Demam pasca operasi ( > 37 derajat C ).
3. Luka pada kandung kemih, intestinal ( jarang terjadi ).
4. Hematoma ( subkutan ).
5. Emboli gas yang disebabkan oleh laparoskopi ( sangat jarang terjadi ).
6. rasa sakit pada lokasi pembedahan abses.
7. perdarahan superficial.

IV. .ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
1. Apabila terlihat infeksi luka obati dengan antibiotic.
2. Bila terjadi demam pasca operasi (>38 C) diberi obat infeksi seperti antibiotik.
3. Bila terjadi luka pada kandung kemih dan diketahui sewaktu operasi lakukan reparasi primer dan apabila ditemukan pasca operasi dirujuk ke rumah sakit bila perlu.
4. Bila terjadi hematoma (terjadi pembentukan massa bekuan darah dalam kantung skrotum yang berasal dari pembuluh darah yang pecah) hematoma kecil kompres dengan es, istirahat beberapa hari jika hematoma besar dengan membuka kembali skrotum, ikat pembuluh darah dan lakukan drainase.
5. bila terjadi emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi) mulailah resusitasi intensif termasuk cairan intravena, resusitasi kardiopulmonal.
6. rasa sakit pada lokasi pembedahan pastikan ada atau tidaknya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.
7. perdarahan superfisial ( tepi-tepi kulit atau subkutan) kontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.



8. sperm granuloma
Granuloma adalah suatu abses non bakterial yang terdiri dari spermatozoa,sel epitel dan limfosit dan merupakan suatu respons inflamatoir terhadap spermatozoa yang merembes kedalam jaringan sekitarnya.granuloma kecil akan menghilang sendiri atau dapat dilakukan kompres es dan istirahat.granuloma besar dan sangat sakit harus di lakukan eksisi.
(syaiffudin AB :PK-95) ,(Hartanto, Hanafi:hal 314)

V. RENCANA TINDAKAN
1. berikan konseling KB mengenai.
a. pengertian vasektomi.
b. keuntungan.
c. kerugian kontap pria.
d. Kegagalan.
e. Indikasi dan kontraindikasi.
f. Efek samping dan komplikasi.
2. Anjurkan pasien untuk (persiapan pasien).
3. Siapkan petugas kesehatan.
4. Berikan informed consent.
5. Lakukan perawatan post operasi:



VI. IMPLEMENTASI
1. Memberikan konseling KB mengenai
a. pengertian vasektomi
· vasektomi adalah tindakan pemotongan vas deferens ( duktus deferens ) dengan maksud memutuskan kontinuitas transportasi sperma dan testis keluar sehingga terjadi azoosperma pada pria yang telah dilakukan vasektomi ( PKMI 1996:1 )
· vasektomi merupakan ( MOP ) dengan jalan memotong vas deferens sehingga saat ejekulasi tidak terdapat spermatozoa dalam cairan sperma ( manuaba 1998:219 )
· vasektomi adalah melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi (syaiffudin :MK-85 )
b. keuntungan
ü efektif
ü aman,morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortilitas
ü sederhana
ü cepat hanya memerlukan waktu 5-10 menit
ü menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja
ü biaya rendah
( hanafi 2003:308)
c. kerugian kontap pria
ü diperlukan suatu tindakan operatif
ü kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi
ü kontap pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat okulasi vas deferens
ü problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria.
(hanafi 2003 :308)
d. Kegagalan
Vasektomi dijumpai kegagalan bila
1. Pada analisa sperma setelah 3 bulan pasca vasektomi/setelah 10-15kali ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.
2. dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azosperma
3. istri (pasangan) hamil


e. Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi (syarat-syarat menjadi akseptor):
1) Harus secara sukarela
2) Mendapat persetujuan istri
3) Jumlah anak yang cukup
4) Mengetahui akibat-akibat vasektomi
5) Syarat umur (tidak mutlak)
6) Umur calon tidak kurang dari 30 tahun
7) Pasangan suami istri telah mempunyai anak minimal 2 orang dan anak paling kecil harus sudah berumur di atas 2 tahun.

Kontraindikasi
1) Infeksi kulit lokal
2) Infeksi traktus genitalis
3) Kelainan skrotum dan sekitarnya
a. varicocele
b. hidrocele besar
c. faliariasis
d. hernia inguinal
e. orchiopexy
f. luka parut bekas operasi hernia
g. skrotum yang sangat tebal
4) Penyakit sistemik
a. Penyakit-penyakit perdarahan
b. DM
c. Penyakit jantung koroner
5) Gangguan jiwa
6) Riwayat perkawinan psikologi/seksual yang tidak stabil





f. Efek samping dan komplikasi
1. Timbulnya rasa nyeri hebat
2. Infeksi bekas luka
3. Abses pada bekas luka
4. Hematoma yakni membengkaknya kantong biji zakar karena perdarahan

2. Menganjurkan pasien untuk (persiapan pasien)
§ Mandi,menggunakan pakaian yang bersih dan longgar sebelum mengunjungi klinik.Bila klien tidak cukup waktu untuk mandi.Klien dianjurkan membersihkan daerah skrotum dan lipat paha sebelum masuk ruang tindakan.
§ Rambut kemaluan dicukur sampai bersih sesaat sebelum tindakan agar tidak menggamggu
§ Dilakukan tindakan asepsis pada penis ,skrotum,daerah suprapubis dan lipatan paha kanan dan kiri dengan menggumakan larutan antiseptik yang merangsang kulit skrotum dan genital seperti povidone iodine 10% atau clorehexidin 4%.
3. Mempersiapakan petugas di antaranya
§ Semua petugas kamar operasi memakai baju yang bersih,tutup kepala
§ dan masker.
§ Mencuci tangan sebelum tindakan dengan memakai sabun selama 10menit atau dengan larutan antiseptik selama 2 menit, kemudian bilas di bawah air mengalir.
§ Mengenakan sarung tangan steril ,diganti setiap akan melakukan tindakan berikutnya
§ Jaga sikap dan perilaku aseptik selama tindakan.

4. Memberikan informed consent
Calon peserta yang memenuhi syarat sukarela,syarat bahagia,dan syarat sehat bersama pasangannya diminta menandatangani inform consent (permohonan dan persetujuan).



5. Melakukan perawatan post operasi:
a. mempersilahkan pasien berbaring selama 15 menit
b. mengamati rasa nyeri dan perdarahan pada luka
c. memulangkan pasien jika keadaan baik dan luka operasi baik
d. memberikan nasehat kepada pasien sebelum pulang sebagai berikut :
Ø Menggunakan penahan atau penyokong scrotum : asuhan daerah operasi tetap kering jangan sampai basah sebelum sembuh karena dapat mengakibatkan infeksi
Ø Tidak melakukan pekerjaan mengangkat beban atau kerja berat atau naik sepeda
Ø Memakai penunjang skrotum selama 7-8 hari
Ø Bila dalam beberapa hari terasa sedikit nyeri dan kulit skrotum sedikit bengkak boleh menggunakan alat penghilang rasa sakit (aspirin atau parasetamol ) dan gunakan kompres dingin ( es batu dibungkus dengan plastik )
Ø Bila terjadi perdarahan atau keluar nanah dari tempat sayatan atau insisi atau jika skrotum nyeri dan membengkak disertai suhu tubuh menggigil atau demam segara hubungi petugas pelayanan.
Ø Setelah vasektomi tetap dilakukan, bahkan dianjurkan dan sebaiknya dilakukan 2 atau 3 hari pasca bedah. Bila tidak ada keluhan maka aktivitas seksual boleh dilaksanakan, bila terasa kurang nyaman tunda dulu hingga perasaan tersebut hilang. Yang paling penting diperhatikan adalah selama 10-12 kali ejakulasi, suami istri harus menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, misalnya kondom karena di dalam saluran mani ( pipa-pipa ) vasdeverens masih terdapat sisa-sisa sperma ( bibit )





VII. EVALUASI
Ø Seminggu sampai 2 minggu pembedahan
- Melepaskan benang yang digunakan untuk menjahit kulit skrotum bila menggunakan benang sutra.
- Pemeriksaan kondisi luka, kemungkinan infeksi dan hematoma
Ø 1-3 bulan setelah operasi
- Analisis sperma dilakukan setelah 3 bulan pasca vasektomi atau 10-12 kali ejakulasi untuk menilai hasil pembedahan dan pemeriksaan apakah masih ada sperma (mati/ hidup )
- Graviloma sperma terjadi akibat kebocoran vasdeferenu bagian testicular.
2 Tahun Keberadaan ATM Kondom, Efektifkah???

Oleh: Prakoso Bhairawa Putera S

Tingginya angka penderita HIV/AIDS di Indonesia, membuat pemerintah sedikit memutar otak untuk kemudian mengeluarkan sebuah terobosan yang oleh sebagian kalangan ditanggapi secara positif dan negatif. Sebagai sebuah republik yang baru sadar dari mimpi panjang. Hal ini sangatlah dimaklumi, ketika muncul sebuah kebijakan baru yang kemudian akan disambut dengan opini publik yang beragam. Karena pada dasarnya memang setiap kebijakan pastilah akan melahirkan dua kutub yang saling bertolak belakang. Akan tetapi, tinggal bagaimana kita menyikapinya.
‘ATM Kondom’ begitulah sebuah terobosan dari pemerintah yang dalam hal ini dijalankan oleh Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Bahkan tidak tanggung-tanggung ada 125 ATM kondom yang telah dijalankan sejak bulan Desember 2005 kemarin, sekaligus sebagai langkah sosialisasi. Kini keberadaanya telah berjalan dua tahun. ATM-ATM kondom tersebut telah tersebar di berbagai kota dan disediakan oleh pihak swasta yang tentunya berkoordinasi dengan BKKBN.
Sebenarnya terobosan ini bukanlah hal baru di dunia internasional. Untuk di beberapa Negara besar terutama di Eropa dan Amerikan, fasilitas ini sudah sejak lama disediakan oleh pemerintah. Lalu, kenapa Negara seperti Indonesia mau mengambil bagian dalam penyediaan fasilitas ini.
Hal inilah yang kemudian memunculkan efek positif dan negatif di masyarakat. Bila kita lihat dan telaah. Sebenarnya terobosan yang dilakukan oleh pemerintah ini, biasa dikatakan cukup tepat. Mengingat seks bebas yang merupakan salah satu pemicu penyebaran virus HIV. Selain penggunaan jarum suntik bagi para pengguna narkoba. Dengan tersediaanya ‘alat pengaman’ yang disediakan dengan hanya memasukkan 3 buah uang koin lima ratus rupiah saja, oleh pemerintah diharapkan dapat (minimal) menekan penyebaran virus HIV.
Namun, asumsi positif dari pemerintah ini ditanggapi secara negatif oleh beberapa pihak. Banyak pihak yang beranggapan bahwa apa yang dilakukan pemerintah melalui tangan BKKBN dianggap bias melegalkan free sex yang benar-benar tidak sesuai dengan norma dan budaya timur yang kononnya masih dijunjung tinggi. Free sex yang seharusnya diberantas malah dihalalkan lewat penyediaan ATM kondom tersebut.

Kondisi di Lapangan
Sampai 31 Desember 2004 secara kumulatif jumlah pengidap infeksi HIV ada 3.368 orang dari 30 propinsi, sedangkan kasus AIDS ada 2.682 dari 29 propinsi. Bahkan di beberapa daerah seperti Papua, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Riau, terdapat kantung-kantung wilayah dengan prevalensi lebih dari 5% sehingga mengubah status Indonesia dari negara dengan prevalensi rendah menjadi negara dengan epidemi terkonsentrasi.
Data tahun 2004 teresebut ternyata terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Yayasan Pelita Ilmu (YPI) dari Subdit Penyakit Menular Seksual (PMS) Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM-PL) Departemen Kesehatan RI., hingga 30 Juni 2005 menunjukkan 7.098 kasus HIV/AIDS, atau meningkat signifikan dari data sebelumnya, yaitu 6.789 kasus per 31 Maret 2005. Selama April sampai Juni 2005 terdapat 72 kasus infeksi HIV dan 237 kasus AIDS baru. Sehingga dapat dicatat hingga akhir Juni 2005 tercatat 7.098 orang, dengan estimasi mencapai 150.000 orang tertular. Dari 7.098 kasus tersebut, 1.498 di antaranya adalah kaum perempuan dan 54 balita. Parahnya lagi, angka tersebut belum memperlihatkan kondisi yang sebenarnya terjadi karena angka kasus tersebut hanyalah yang tercatat dalam laporan. Angka-angka tersebut persentase penyebarannya tertinggi tertular melalui hubungan seks. Berdasarkan pakar epidemiologi, YPI menyebutkan angka sesungguhnya bisa mencapai 90.000 hingga 130.000 kasus HIV/AIDS
Bahkan yang lebih mencengangkan dari data yang terkumpul teridentifikasi sebanyak 79,5 persen penderita adalah dari kelompok umur 20-39 tahun. Itu artinya mereka termasuk dalam usia produktif. Ini memang sangat memprihatinkan, sebab komitmen internasional dalam millennium development goals (MDG) menargetkan pengendalian penyebaran HIV AIDS dan menurunnya jumlah kasus pada 2015
Survei tentang HIV/AIDS yang digelar Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, tahun 2002, mendapatkan data 3 juta lelaki di 10 propinsi di Indonesia yang menjadi pelanggan perempuan pekerja seks komersial (PSK). Hanya sedikit sekali yang menggunakan kondom ketika kontak seks dengan PSK. Harus dicatat angka ini belum mewakili keadaan sesungguhnya karena survei hanya mencakup orang-orang yang relatif mudah dijangkau, misalnya sopir truk, pekerja bangunan dan kalangan ekonomi lemah lainnya karena kesulitan melakukan survei pada pegawai negeri, politisi, orang kantoran, atau pengusaha papan atas (Tempo, Edisi 6, 12 Desember 2004).
Melihat tingginya angka penyebaran virus tersebut, wajar bila pemerintah melakukan berbagai cara untuk kembali menekan jumlah penyebarannya. Seperti dijelaskan diatas penyediaan ATM Kondom bukan tanpa tujuan yang jelas dan bukan sekadar mengikuti tren dunia. Mesin yang dikelolah oleh pihak perusahaan penyidia kontom terbesar di Indonesia yang bekerja sama dengan BKKBN, sejak pertama memang diperuntukkan guna menekan tingginya penyebaran virus HIV/AIDS. Selain itu juga dibuat untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Sekaligus mempermudah masyarakat mengonsumsi alat pengaman dalam berhubungan intim tersebut.
Sejak diluncurkan pertama di Jakarta yang peresmiaan dilakukan oleh Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Makbul Padmanagara. ATM ini telah dimanfaat oleh sebagian masyarakat pengguna. Memang untuk menemukan mesin ini bukanlah perkara mudah dan tidak disembarangan tempat. Untuk di Jakarta sendiri baru tersedia di Polda Metro Jaya, gedung Graha Kencana BKKBN, RSPAD Gatot Sobroto, Mabes TNI AD Cilangkap, Mabes Polri dan Klinik Pasar Baru. Sedang untuk diluar Jakarta baru tersedia di Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Bali, NTB, Riau, Papua dan Irian Jaya Barat. Jaringan ATM ini akan semakin disebarluaskan hingga meliputi seluruh wilayah di Indonesia, termasuk di kota Palembang juga suatu saat.
Bentuk mesin ATM kondom, memang tidak se-mentereng ATM umum yang dipakai oleh pihak perbankkan di Indonesia. ATM ini berwarna putih dan berukuran satu meter kali setengah meter. Namun, mengingat mudahnya akses untuk mendapatkannya, tidak jarang fasilitas ini dimanfaatkan oleh pasangan yang belum melikah atau tidak menikah. Parahnya lagi dengan tersedianya ATM ini memunculkan ketakukan beberapa pihak, akan langsung memancing kaum remaja melakukan seks bebas.
Akan tetapi, walau lokasi penempatannya yang terbuka. Dimana semua orang dapat leluasa membeli kondom tanpa dikontrol. Mereka tetap akan berpikir dua kali karena jika dilihat untuk wilayah Jakarta saja penempatan ATM Kondom diletakkan di tempat-tempat yang cukup membuat kita (maaf) ’agak sungkan’ datang.
Tersedianya fasilitas ini secara umum, akan semakin membuat beberapa kalangan bertanya-tanya. Apakah pemerintah benar-benar berniat menekan laju penyebaran HIV atau justru memunculkan atau bahkan menyuburkan kegiatan prostitusi. Hal ini bisa saja muncul, karena ATM Kondom seakan-akan memotivasi masyarakat untuk melakukan hubungan seks bebas tanpa ada kekhawatiran untuk hamil ataupun tertularnya resiko penyakit kelamin dan HIV/AIDS.

Langkah Sosialisasi Tepat
Berdasarkan data yang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa epidemi HIV/AIDS di Indonesia sudah berada dalam tahap lanjut. Penularan terjadi melalui berbagai cara, baik melalui hubungan homoseksual, heteroseksual, jarum suntik pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah, hingga dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya. Infeksi HIV/AIDS juga telah mengenai semua golongan masyarakat, baik kelompok risiko tinggi maupun masyarakat umum. Jika pada awalnya, sebagian besar odha berasal dari kelompok homoseksual maka kini telah terjadi pergeseran dimana persentase penularan secara heteroseksual dan pengguna narkotika semakin meningkat. Beberapa bayi yang terbukti tertular HIV dari ibunya menunjukkan tahap yang lebih lanjut dari tahap penularan heteroseksual. Maka spat dimaklumi terobosan baru pemerintah dengan penyediaan ATM Kondom tersebut.
Untuk tidak memunculkan efek yang lebih membuat pemerintah terpuruk, ada baiknya jika pihak BKKBN melakukan sejumlah kampanye sosialisasi yang dapat membuat masyarakat Indonesia lebih ’mengerti’. Ini penting mengingat masih banyaknya pihak yang masih memandang negatif akan keberadaan ATM Kondom. Langkah sosialiasi melalui berbagai kegiatan dan kampanye serta publikasi melalui media-media adalah langkah kongkrit yang hingga saat ini kurang sekali dilakukan oleh pemerintah. Dari data yang diperoleh menyebutkan bahwa sebagian besar penderita HIV/AIDS berasal dari usia produktif. Kondisi ini lebih disebabkan karena kurangnya pendidikan seks yang benar.
Terlepas dari itu semua permasalahan seks bebas di Indonesia, ada baiknya jika dari diri sendirilah yang menjadi kontrol. Perilaku bertanggung jawab menjadi kuncinya.